"Jangaaaaannnn!!"
Guk! Guk!
Jimin menurunkan telapak tangan yang menutupi wajahnya setelah mendengar gonggongan anak anjing.
"Kukira monster...." lirihnya.
Guk! Guk!
"Aku tersesat. Kamu tahu aku harus ke mana?"
Guk! Guk!
"Tentu saja kau tidak bisa jawab." Jimin menghela nafas lelah dan berkacak pinggang. "Apa kembali ke tempat tadi saja ya?"
Jimin menengadahkan kepala, barangkali menemukan jawaban dari langit.
"Kenapa di saat seperti ini otakku malah buntu?"
"Jimin-ssi?"
Jimin mengangkat wajah dan selama sepersekian detik, Jungkook melihat sorot kelegaan di mata pemuda tersebut. Namun, buru-buru dihilangkan.
"Syukurlah aku menemukanmu." Jungkook berkata sambil mendekat dengan senyuman terkembang. "Dan kau dapat teman baru sepertinya."
Guk! Guk!
Jimin tertawa gemas lalu berdiri bersama anak anjing dalam dekapannya.
"Yakin mau membawanya?"
"Yakin."
"Baiklah. Pegang yang erat agar dia tidak melompat dari motor."
Ketiganya pun naik ke motor dan pulang menuju desa. Jungkook tak membuka mulut meskipun telinganya senantiasa mendengarkan celotehan Jimin pada Si Anak Anjing dan sesekali tersenyum.
Jungkook mematikan mesin Vespa di depan rumah kontrakan Jimin dan membiarkan pemuda itu turun.
"Untungnya dia tidak takut naik motor." Ucapan Jungkook tertuju pada makhluk berbulu putih coklat yang tampak tersenyum lebar dengan lidah terjulur. "Aku pulang ya. Semoga dia tidak memberimu masalah."
"Hemm." Jimin bergumam lalu berbalik dan memasuki rumah tanpa menoleh.
"Selamat malam, Park Jimin," seru Jungkook, membuat Jimin menyunggingkan senyum.
---
"Halo, Eomma?" Jimin mengangkat panggilan dari Sang Ibu pada suatu malam.
"Jimin-ah, kau bisa pulang? Abeoji jatuh dan sekarang di ICU. Masih belum sadar."
"Apa??? Iya, aku pulang sekarang. Di rumah sakit yang biasa."
"Iya, Nak. Hati-hatilah di jalan."
Jimin mengakhiri panggilan dan seperti orang gila, langsung membereskan barang dan melemparnya ke dalam tas.
Guk!
"Aduh! Aku lupa ada Brutus sekarang. Bagaimana ini?" Jimin menempelkan telapak tangan di kening, berpikir. "Oh iya, ada orang itu." Nama Jungkook terlintas tiba-tiba. "Tapi...rumah orang itu di mana? Aku tidak tahu."
Guk! Guk!
"Iya, sabar dulu. Kubereskan mainan dan makananmu dulu."
Sepuluh menit kemudian, Jimin memasukkan tasnya serta milik Brutus ke bagasi dan meninggalkan kontrakan. Ia berniat menanyakan rumah Jungkook pada siapapun yang ia temui di jalan.
"Ah itu ada orang." Jimin menurunkan kaca dan berseru, "Ahjussi, tahu rumah Jungkook?"
Seorang pria yang sedang merokok di pinggir jalan menoleh.
"Jungkook? Jeon Jungkook?"
"Iya, itu. Rumahnya yang mana?"
Pria tersebut menunjuk rumah kecil bercat putih di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkey Business 2
FanfictionMonkey Business kembali dengan buku yang kedua. Seperti sebelumnya, ini kumpulan one/two/three/dunno-how-many shot(s) TaeGi, NamJin, KookMin, dan SuHope. Homophobic bisa angkat kaki dan pantat dan tidak perlu repot-repot kembali. Yang suka, diharap...