6. NamJin: Kebiasaan Buruk

386 45 41
                                    

"Kim Namjoon-ssi?"

"Ya, Manajer Kim?" jawab seorang pria bernama Kim Namjoon.

"Tolong beri tahu aku, laporan apa ini?" Kim Seokjin, atasan Namjoon, berkata sambil meletakkan sebuah dokumen di meja Namjoon.

"Laporan acara pelatihan dua hari lalu termasuk rincian anggaran yang digunakan."

"Yakin?"

"Yakin, Manajer Kim. Saya sendiri yang mengerjakannya."

"Kalau begitu bukankah kau seharusnya tahu jika ada kesalahan di sini?" Seokjin mengetuk-ngetuk telunjuknya pada dokumen yang Namjoon buat. "Kau yakin membuatnya sendiri dari awal dan bukannya mengkopi laporan tahun lalu?"

"Yakin, Tuan. Saya hanya membaca laporan tahun lalu untuk melihat formatnya. Itu saja."

"Kalau begitu, bisa kau jelaskan ini? Nama pelatihannya, anggaran, dan lainnya semua masih menggunakan tahun lalu. Apa yang kau kerjakan sebenarnya? Hanya membuat laporan seperti ini saja tidak becus!"

Namjoon menunduk sambil mengumpati kebodohannya di dalam hati.

"Buat lagi dan harus selesai satu jam lagi. Paham?"

"Paham, Manajer Kim."

---

Namjoon melonggarkan dasi yang seharian bertengger di lehernya. Tubuhnya luar biasa lelah dan otaknya seperti dipanggang. Ia harus mengulang laporan yang salah dan ada tiga proposal lain yang juga harus ia selesaikan hari ini sehingga tak ada pilihan selain lembur.

"Aku pulang," ujarnya saat menapakkan kaki di apartemennya.

"Hai, Sayang. Capek sekali ya?"

Namjoon mengangguk lesu pada suaminya yang segera mengambil alih jas serta tas kerja Namjoon.

"Aku buatkan teh hangat. Tunggu sebentar ya."

Namjoon memilih mendudukkan diri di sofa setelah suaminya menuju dapur. Ia menggulung lengan kemejanya dan membuka kancing kemeja teratas.

"Ini tehnya, Sayang."

"Terima kasih." Namjoon menerima cangkir yang diulurkan suaminya, meneguk isinya sedikit lalu mengembalikannya pada pria di sampingnya yang meletakkan cangkir itu di meja.

"Apa atasanmu bersikap menyebalkan hari ini, Joonie?"

"Manajer Kim maksudnya? Dia selalu menyebalkan meskipun untuk kesalahan kecil."

Pria di samping Namjoon mendecakkan lidah.

"Aku harus membuatnya meminta maaf padamu. Gara-gara dia suamiku lembur dan pulang malam."

"Ya, kau harus membuatnya meminta maaf padaku. Kalau perlu sampai berlutut di depanku."

"Baiklah." Pria tersebut bangkit dari sofa dan berlutut di depan Namjoon dengan kedua tangan di lutut Namjoon. "Maafkan aku, Kim Namjoon-ssi. Aku tidak akan memarahimu seperti itu lagi."

"Coba kau dengar perkataanmu sendiri, Manajer Kim. Kau selalu bilang begitu tapi kemudian melanggarnya sendiri. Kebiasaan burukmu belum berubah."

Seokjin memasang tampang memelas.

"Tapi kan aku tidak sepenuhnya salah. Aku sudah mengingatkanmu tentang laporan itu sejak dua hari lalu. Kau yang memilih baru mengerjakannya kemarin malam."

"Jadi, aku yang salah? Siapa yang tidak mengizinkanku turun dari ranjang, hm?"

"Iya iya. Aku yang salah." Seokjin mengerucutkan bibir. "Jadi, apa hukumannya?"

Namjoon tersenyum miring sambil menatap suaminya.

"Berhenti, Joonie. Aku tahu makna senyuman itu." Seokjin berdiri dan mundur perlahan.

"Mau ke mana, Jinseok Sayang?"

"Tidur."

"Sendiri?" Namjoon menegakkan tubuh dari sofa dan melangkah ke arah suaminya yang berjalan mundur.

"Iya, karena besok ada rapat para manajer pagi-pagi."

"Dan menurutmu aku peduli, Jinseok Sayang?" ucap Namjoon penuh ancaman setelah berhasil mengukung Seokjin. "Apa kau lupa kebiasaanku kalau kau memarahiku di kantor?"

Glek!

Seokjin menelan ludah. Ia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya, tepatnya tubuhnya, besok.

"Joonie?"

"Hm?" balas Namjoon dengan bibir yang menempeli kulit leher Seokjin.

"Satu kali saja ya."

Namjoon mendengus geli.

"Dua?" tanya Seokjin dengan suara yang mulai bergetar karena lidah hangat Namjoon menjalari lehernya.

"Du-dua, oke? Joon...ahh...."

"Ckckck!" decak Namjoon saat bibirnya meninggalkan leher Seokjin. "Sekarang jam berapa, Jinseok?"

"Mm ekhem...jam 22.00."

Namjoon menyeringai lalu menggendong Seokjin dengan mudah.

"Jangan bermimpi kau bisa tidur sebelum jam 03.00, Sayang."

---

"Selamat pagi, Manajer Kim," sapa salah satu bawahan Seokjin.

"Selamat pagi." Seokjin membalas singkat sambil perlahan melangkah ke arah ruangannya.

"Anda tidak apa-apa, Manajer Kim?" tanya pegawai tersebut saat melihat Seokjin yang sepertinya sedikit tertatih.

"Tidak apa-apa. Kembali ke mejamu, Kwon Yoori-ssi."

Seokjin terus melangkah dengan wajah datar walaupun di dalam hati ia menahan nyeri dan berkali-kali mengutuk suaminya yang tanpa ampun mengajaknya bercinta sampai jam 03.00. Seokjin menghela nafas lega begitu masuk di ruangannya.

Ia hendak menutup pintu saat tatapannya bertemu dengan Namjoon. Seokjin menatap tajam pria tersebut yang membalasnya dengan kedipan mata.

"Awas kau," ancamnya tanpa suara lalu menutup pintu dengan kesal karena Namjoon terkekeh pelan dan melayangkan flying kiss ke arahnya.

"Dasar mesum!"



- Habis -



Pendek-pendek aja.

Monkey Business 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang