Jungkook duduk di bawah pohon, di samping ayahnya. Keringatnya masih mengucur akibat berjam-jam mengoperasikan traktor di bawah terik matahari. Namun, ia tak menyesal sebab ia tak ingin membiarkan ayahnya bekerja sendiri.
"Ini, Kook."
"Terima kasih, Abeoji."
Keduanya mengunyah roti kacang buatan ibu Jungkook sambil sesekali menyesap air.
"Itu siapa ya?" tanya ayahnya seraya menunjuk sebuah mobil abu-abu metalik di kejauhan.
"Mungkin orang kota."
"Keluarganya anak yang baru pindah itu barangkali ya?"
Jungkook mengangguk mengiyakan.
"Siapa namanya?"
"Park Jimin."
"Kenal?"
"Tahu sedikit. Kebanyakan karena anak-anak kampus membicarakannya. Katanya dikirim ke sini sebagai hukuman dari orang tuanya."
"Sendiri di sini kalau begitu? Kenapa tidak berteman?"
"Orangnya galak sekali. Cantik tapi galak sekali."
Jungkook tiba-tiba tertawa sendiri, membuat Sang Ayah menatapnya heran.
"Naksir?"
"Ng? Tidak tahu juga. Tapi memang cantik orangnya."
Ayah Jungkook mendengus geli.
"Hati-hati supaya tidak sakit hati. Dia anak orang kaya. Kita cuma keluarga petani."
---
Jungkook menaiki motor Vespa pamannya untuk membeli sesuatu di kota hari itu. Ia melihat kontrakan Jimin di depan sana dan merasa ingin melihat pemuda kota tersebut hingga nekat memarkir motor dan mengetuk pintu.
"Siapa?"
"Jungkook."
Tak berapa lama, Jimin membuka pintu meskipun sedikit saja dan mendelik ke arah tamu tak diundang di terasnya.
"Mau apa?"
"Mau ikut ke kota? Aku mau beli onderdil traktor."
"Dan membuat orang-orang melihatku naik sepeda bututmu?"
"Hari ini aku pakai motor pamanku. Itu," Jungkook menunjuk Vespa tua pamannya, "kalau naik sepeda bisa-bisa dua jam baru sampai kota."
"Tidak tertarik."
Blam!
Jimin membanting pintu, membuat Jungkook mengelus dada.
"Ada toko es krim. Yakin tidak mau?" seru Jungkook. "Aku tunggu di motor. Dua menit ya."
Jungkook duduk manis di atas motor selama satu menit. Namun setelahnya, ia merasa sangsi bahwa Jimin akan keluar dari rumah.
Satu menit lima puluh tujuh detik kemudian, Jungkook menghidupkan mesin motor dan membalik arah motor tiga detik setelahnya.
"Tidak jadi membonceng yang cantik," keluhnya sambil menaikkan standar Vespa.
"Hei, kau!"
Jungkook menoleh lalu tersenyum lebar melihat Jimin berdiri di teras dengan tas yang diselempangkan.
"Awas kalau toko es krimnya tutup!"
"Kujamin buka." Jungkook berkata santai sambil menyodorkan helm yang diterima Jimin tanpa ucapan terima kasih. "Ayo naik. Terus pegangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monkey Business 2
FanfictionMonkey Business kembali dengan buku yang kedua. Seperti sebelumnya, ini kumpulan one/two/three/dunno-how-many shot(s) TaeGi, NamJin, KookMin, dan SuHope. Homophobic bisa angkat kaki dan pantat dan tidak perlu repot-repot kembali. Yang suka, diharap...