Zevariel | 26

157 20 4
                                    

Vote & komen yaa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote & komen yaa!

-Happy Reading-

"Gabriel, ayo temenin aku ke toko boneka," pinta Naura pada Ariel yang tengah sibuk mengerjakan latihan soal di kamarnya. Sebentar lagi dia akan menjalani ujian akhir di Sekolah Dasar. Makanya cowok itu mempersiapkan matang-matang agar mendapat hasil yang bagus.

Ariel menaruh pensilnya dengan kesal. "Kamu gak liat aku lagi apa? Minggu depan udah ujian nasional!"

"Ya besok kan bisa belajarnya. Pasti gampang kok soalnya juga." Naura bersikukuh.

"Gampang? Oke. Itu menurut kamu. Dan kamu gak tau aja, aku capek dibanding-bandingin terus sama kamu! Setiap ranking aku di bawah kamu, Papa pasti marah," tutur Ariel menahan kesal.

"Dibanding-bandingin sama Arsen aja udah bikin aku muak. Sekarang ditambah kamu. Aku ngerasa jadi orang yang paling gak berguna di dunia ini!"

Sebenarnya mereka sudah kenal dari umur 5 tahun, kemudian berteman. Karena keluarga Ariel sangat dekat dengan keluarga Naura. Memang, awalnya Ariel sedikit terhibur dengan kehadiran Naura di masa kecilnya yang membosankan itu. Namun, tak jarang papanya selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Naura. Tentu saja Ariel muak.

"Sorry. Tapi temenin ya, penting banget ini temen aku besok ulang tahun. Gak akan lama kok, Gabriel. Please." Tetap saja. Naura pun masih saja tidak mengerti bagaimana posisinya saat ini. Apa kurang jelas perkataan Ariel barusan?

Ariel lantas menggebrak meja belajarnya. "Aku muak sama kamu, Ra!" serunya dengan napas memburu. "Jangan panggil aku Gabriel lagi, aku gak suka. Aku harap abis lulus SD nanti kita gak ketemu lagi!"

Mata Naura terlihat berkaca-kaca setelah mendengar ucapan Ariel barusan. "Kamu jahat. Aku bilangin ke Papa kamu ya!"

"Udah aku duga. Kamu pasti bakal bilang gitu." Ariel tertawa sinis. "Silahkan. Tapi inget satu hal, kalo setelah itu aku cuma tinggal nama, kamu yang bakal aku salahin!"

Dan ya, satu hal yang paling tidak Ariel sukai dari Naura adalah sifatnya yang pengadu. Tak jarang Ariel harus kena pukul oleh papanya karena ia tidak menuruti permintaan Naura.

Tak lama setelah itu, Ariel pun diseret oleh papanya ke ruang kerja.

"Kamu mau perusahaan papa hancur hah?!" bentak Dirga. Ariel hanya bisa menunduk takut, tak berniat melawan.

"Jadi anak harus berguna. Susah payah papa besarin kamu. Dan apa balasan kamu buat papa?!" Dirga mencengkeram pipi anaknya yang masih bungkam.

"Siapa suruh papa besarin aku? Dari dulu aku cuma pengin ikut mama. Tapi, papa maksa aku buat pilih tinggal sama papa!" Ariel menggertakkan giginya menahan marah.

ZEVARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang