Zevariel | 01

1.3K 71 40
                                    

Melampiaskan semua kekesalannya, Zeva kini tengah mengaduk mie ayamnya dengan malas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melampiaskan semua kekesalannya, Zeva kini tengah mengaduk mie ayamnya dengan malas. Benar-benar sedang tidak berselera untuk makan. Siapa lagi yang membuatnya kesal seperti ini kalau bukan karena Ariel?

"Argh ... rasanya pengen gue tonjok aja tuh muka songongnya si Pio!" Zeva melayangkan tatapan kesalnya pada Citra, temannya yang kini berada di hadapannya.

"Udahlah jadi ketua kelas nggak bener sama sekali, hobinya tidur pas jam pelajaran, belum lagi uang kasnya nunggak udah 3 minggu!" cerocos Zeva. "udah gitu dua temen laknatnya juga malah ikut-ikutan nunggak. Apa kata dunia, Cit?!"

Citra sendiri hanya menggelengkan kepala kala melihat temannya itu yang sedang kesal karena sang Scorpio. Mengabaikan Zeva yang terus mengoceh bak burung beo, Citra lebih memilih untuk melanjutkan makan siomaynya. Dia tidak mau jika jam makannya terganggu hanya karena mendengar keluhan Zeva. Meskipun mereka sekelas, Citra enjoy-enjoy saja sepertinya. Dia tidak terlalu memikirkan bagaimana kekacauan kelas barunya.

Zeva langsung memukul meja tepat di hadapan Citra. Membuat cewek berambut pendek itu tersedak. "Uhuk ... uhuk ... Zevanya! Gue sampe keselek nih!" Citra pun segera meminum air mineralnya.

"Makanya kalo gue ngomong tuh dengerin. Lo temen gue bukan, sih?" Zeva memangku kedua tangannya di dada sembari mendelik kesal pada Citra.

"Bukan, Ze. Gue bukan temen lo. Masih mending gue temenan sama biawak ya." Dengan membawa mangkuk siomaynya yang bersisa setengah, Citra menyengir kuda pada Zeva. Kemudian pergi ke meja yang lain. "Maap ya nih, gue lagi males dengerin lo curhat, Ze. Gue takut mati kelaperan kalo dengerin curhat lo sekarang."

Memang ya, curhat pada Citra memang bukanlah hal yang tepat. Dia memang bukan partner curhat, lain halnya jika sedang ghibah, Citra yang paling di depan sepertinya.

"Citraaa! Awas aja lo nanti gak bakal gue traktir lagi pentolnya mbak Sari!" seru Zeva.

Citra menghentikan langkahnya sejenak. Zeva tersenyum miring, ia sudah menduga akan hal ini. Pentol kesayangannya adalah kelemahan terbesar Citra.

Tak lama kemudian, cewek berambut pendek itu memundurkan langkahnya. "Sejak kapan ya lo traktir gue pentol? Apa kata dunia, Ze? Kalo misalnya lo traktir gue?"

Kini Zeva yang menyengir kuda, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Benar juga sih. Sejak kapan dirinya mentraktir Citra? Dia sendiri saja memang seorang penikmat gratisan. "Kapan-kapan gue traktir deh, Cit. Tapi nanti, kapan-kapan. Tapi gak tau kapan."

»»««

Sepeninggal Citra dari hadapannya yang kini berada di pojok kantin bersama temannya yang lain, kini Zeva hanya seorang diri. Dia menghela napasnya pelan. Semenjak menginjak kelas 11 IPS 4, dirinya benar-benar dibuat penat.

"Sorry, lama nunggunya ya, sayang." Zeva menoleh ke kanan saat mendengar suara yang sangat ia kenal, matanya sumringah. Gerald kini berada di sampingnya.

ZEVARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang