Zevariel | 33

148 21 2
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

"Argh, kenapa juga tu orang selalu aja ngusik hidup gue!" Gerald mengacak rambutnya kesal. Kini mantan Zeva itu sedang berada di sebuah kafe, dengan seorang cewek.

Cewek di hadapannya itu menyeruput jusnya dengan tenang. "Siapa yang ngusik? Lo nya aja kali yang merasa tersaingi," sahut Naura tidak peduli.

"Tetep aja, usaha gue selama ini bakal sia-sia, kalo akhirnya dia yang bakal menang." Cowok dengan jaket hitam itu meneguk minumnya cepat. Sayangnya, saat ini dia hanya dapat meminum jus alpukat. Pengennya sih ke klub malam. Tapi dia harus menjaga image hingga pemilihan ketua osis tiba.

Naura dan Gerald memang dekat. Dekat karena bisnis, ayah Gerald menjadi direktur di anak perusahaan papa Naura. Makanya mereka kadang selalu bertemu berduaan seperti sekarang ini.

"Ya udah ngalah aja sih. Lagian gue udah pasti bakal pilih Ariel nanti. Biar nanti dia jadi ketua OSIS, gue yang jadi ketua MPK." Cewek itu menjulurkan lidahnya mengejek pada Gerald.

Gerald berdesis, "Sialan lo!"

Tak lama, tatapannya pada Gerald pun berubah. Dia memicingkan mata seraya memamerkan kepalan tangannya ke hadapan cowok itu. "Awas aja lo sampe nyakitin Ariel!"

"Gimana nanti aja." Gerald mengangkat kedua bahunya acuh. "Klub yuk, Ra. Susah banget lo kalo gue ajak ke klub. Nongkrong di kafe gini doang mah kagak asik," sambungnya.

Naura bergidik. Se mumet-mumetnya pikiran dia, sekalipun gak pernah kepikiran buat lari ke tempat haram itu. Punya temen sesat emang. "Najis. Lo aja sono! Belum tau aja anak-anak di sekolah kelakuan lo yang sebenernya. Bejat! Emang mending pilih Ariel aja sih." Naura menggelengkan kepalanya memperhatikan Gerald yang tengah menyalakan rokoknya.

"Kalo ke klub biasanya juga sama cewek lo? Siapa sih, temen sekelasnya Ariel kan?"

Mengerutkan keningnya, Gerald berucap, "Siapa? Citra?"

"Nah iya. Ke mana tuh, tumben banget sekarang gak keliatan lo jalan sama dia atau makan di kantin bareng gitu."

Gerald menghisap rokoknya dengan tenang, kemudian menghembuskannya ke udara. "Males. Udah gue suruh gugurin, tu cewek malah ngeyel."

Sontak Naura membulatkan matanya terkejut. "HAH?! Maksud lo?"

"Lupa gak pake pengaman," balasnya dengan sangat santai.

»»««

Melirik jam yang tertera di ponselnya, sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Dan Ariel belum melihat Zeva hingga saat ini. Rasa menyesal kembali menyelimuti Ariel karena tidak menjemput Zeva tadi pagi.

Jujur saja, dia memang kecewa pada Zeva yang banyak menyembunyikan sesuatu darinya. Dia sayang pada pada Zeva, tentu. Tapi, kenapa dia harus menanggung semua sendiri? Setidaknya dia bisa bicara padanya. Mungkin dengan sedikit terbuka saja, bisa membuat Ariel merasa dihargai sebagai seorang kekasih.

ZEVARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang