Zevariel | 30

150 21 8
                                    

Seperti biasa, kantin adalah surga dunianya para pelajar. Tiada hari tanpa kantin sepi, ah mungkin sepi hanya saat libur atau saat jam pelajaran berlangsung. Itu pun tetap ada beberapa murid yang kerap kali mendatangi kantin jika sedang bolos.

Untung saja datang tepat waktu, Zeva kini duduk di sebuah meja yang tersedia di kantin bersama Olif, Ariel, Bara, dan juga Naufal. Mereka sedang menunggu makanannya tiba.

"Eh, kalian tau gak---" Baru saja Olif hendak bicara, Zeva memotongnya.

"Gak tau." Olif lantas menepak bahu Zeva yang berada di sampingnya.

Olif berkata, "Belum aja gue selesai ngomong, Ze."

Zeva hanya menyengir kuda, menampilkan sederet giginya yang rapi. Ariel yang sedari tadi sibuk memandang pacarnya itu hanya menggeleng seraya tersenyum kecil. "Masyaa Allah indah banget pemandangan di depan gue."

"ANJIR BUCIN!" Olif, Bara, dan Naufal sontak berkata secara bersamaan dengan kompak. Zeva sampai mengerjapkan matanya dua kali sambil menatap mereka bertiga.

"Bisa-bisanya lo bertiga kompak." Zeva menepuk tangannya takjub. Yang diangguki oleh Ariel.

Bara yang masih tidak percaya itu membulatkan matanya yang tertuju pada Ariel. "Serius, lo kerasukan setan apa?!"

Ariel hanya mengangkat sebelah alisnya seraya mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Emang kenapa? Aneh? Sini gue tabok satu-satu lo pada."

Olif menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Wah, sampe merinding gue!"

Zeva menyahut, "Lo aja sampe merinding, Lif. Apa kabar gue? Untung gue sering-sering dzikir sama istigfar kalo lagi sama dia."

Ariel menatapnya tajam. "Gemesin banget emang pacar gue. Jadi pengen ngehujat!"

"Seumur-umur gue baru liat si Ariel sampe sebucin ini." Bara bergidik ngeri.

"Iri? Bilang sahabat," timpal Ariel.

Olif berkata, "Eh ngomong-ngomong taun sekarang gak bakal ada pemilihan ketua osis ya?"

Sembari memangku kedua tangannya di atas dada, Bara mengangkat sebelah alisnya. "Bagus deh gak usah ada osis sekalian. Biar gak kena razia."

"Gak usah sekolah lo!" celetuk Naufal. Membuat Bara mendengus.

"Ih bukan gitu, kayaknya bakal fiks si Gerald yang jadi ketua osis. Gak ada yang mau nyalonin lagi soalnya. Ah gak seru," tutur Olif. Zeva hanya menganggukkan kepalanya.

Zeva menimpali, "Gak heran sih. Secara 'kan angkatan kita tuh kayaknya angkatan paling mager. Yang ngambis cuma keitung jari, kadang yang ngambis pun kebanyakan pada mau fokus ke studi aja, pada males ikut organisasi."

Ariel hanya menyimak dengan aesthetic seraya menunggu makanan.

"Den Ariel, ini 5 porsi baksonya!" teriak mbak Dati memanggil Ariel. Langsung saja Ariel pergi ke sana tanpa basa-basi.

Menoleh ke kanan, Zeva melihat Citra yang kebingungan mencari tempat duduk. Jujur saja, Zeva sangat merindukan sahabatnya itu. Zeva pun memanggilnya.

"Citra! Sini." Citra pun menoleh.

Olif menyenggol bahu Zeva. "Ze, ngapain sih lo pake panggil dia segala. Lo nggak inget perlakuan dia ke lo gimana?"

"Udah lama juga sih. Ngapain diungkit lagi, gue malah pengen baikan sama dia, Lif."

Masih dengan wajah datarnya, Citra pun menghampiri mereka, dan duduk di sebelah Zeva. Keadaan pun mendadak hening. Terlebih Bara, dia sedari tadi memperhatikan Citra, dan merasa canggung.

ZEVARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang