Zevariel | 32

158 19 2
                                    

Happy Reading gengs!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading gengs!

"Ze, kita ke rumah sakit ya?" Sepanjang perjalanan Ariel terus berkats demikian pada Zeva. Sampai cewek itu mencubit pipi Ariel karena bawelnya naudzubillah.

Karena Ariel tidak membawa motornya, mereka pun akhirnya pulang dengan naik taksi. Tadinya mau naik angkot bareng, tapi ya gara-gara liat Zeva mimisan tadi, Ariel langsung panik dan nyegat taksi.

Siapa yang tidak panik, Ariel begitu jelas melihat darah mengalir dari hidung Zeva. Dan dia takut terjadi apa-apa pada gadisnya.

"Riel, harus berapa kali gue bilang sih. Gue gak apa-apa, serius. Ini cuma mimisan biasa. Nih liat, udah gak keluar lagi kan darahnya." Zeva memperlihatkan tisunya yang masih bersih, tidak ada darah sedikit pun.

Kemudian Ariel memegang pipi Zeva dengan kedua tangannya. Kini mereka saling berhadapan. "Aku gak akan maksa lagi, asalkan kamu jangan lagi panggil lo, gue. Ngeyel banget!"

"Sumpah, Riel. Gak biasa gue." Zeva menggelengkan kepalanya kencang.

"Atau aku cium lagi mau?" Gadis itu sontak membulatkan matanya, bersiap-siap menghajar Ariel kapan saja.

"Ekhem. Dasar, anak muda zaman sekarang." Bapak sopir taksi tersebut berdeham seraya melirik kaca spion di atasnya.

Ariel menimpali, "Iri? Bilang, pak."

"Gak usah di denger, pak. Lagian ni cowok yang maen nyosor aja. Mana belum halal lagi. Astaghfirullah berdosa banget cowok yang namanya Ariel, dia yang nyosor sih, semoga aja gak kecipratan dosanya." Zeva mengelus dada.

Cowok yang masih dengan seragam putih abu-abu itu kembali menoleh pada cewek di sampingnya. "InsyaAllah nanti aku halalin. Do'ain ya semoga jodoh. Tapi kok aku yakin kalo kamu itu jodoh aku, Ze."

"Terserah kamu deh." Zeva memalingkan wajahnya ke luar kaca mobil. Memandang jalanan kota yang tengah diguyur hujan. Tapi aku yang gak yakin, Riel.

"Apa kamu bilang? Kamu? Yash. Ulang lagi coba, kok gemes." Ariel heboh sendiri. Sedangkan bapak sopir taksi itu hanya menggelengkan kepalanya.

»»««

Sesampainya di depan rumah minimalis itu, Zeva segera turun dari mobil. Ariel pun ikut turun setelah melakukan pembayaran.

"Eh ngapain kamu ikut turun?" Zeva menahan tangan Ariel.

Yap, mulai saat ini sepertinya Zeva akan membiasakan diri dengan apa yang Ariel mau. Dengan memanggil aku kamu. Kalau tidak, pasti cowok itu akan mengomel.

"Aku harus mastiin kamu selamat sampe rumah."

Zeva mengerutkan keningnya. "Kan ini udah nyampe, Riel. Aduh pulang sana, bentar lagi maghrib!"

ZEVARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang