Zevariel | 34

156 18 1
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

"Bara?" ujar Zeva sedikit terkejut seraya mengusap air matanya dengan cepat. "Lo ngapain di sini?" Lanjutnya yang kemudian berdiri dari jongkoknya.

Cowok dengan pakaian serba hitam itu melepas kaca matanya. "Gue yakin tadi gak salah denger. Lo sakit apa?"

Zeva menggeleng. "Lo salah denger kayaknya, Bar. Gue jelas-jelas sehat gini."

Bara yakin gadis di hadapannya itu sedang berbohong, terlihat jelas dari sorot matanya. Lantas Bara memegang kedua bahu Zeva. "Jujur sama gue! Lo sekarat 'kan?"

Bara bisa merasakan bahu Zeva yang bergetar. Gadis itu tetap kukuh menggeleng dengan wajah yang menunduk. Dadanya terasa sesak, dan air matanya pun kembali meluruh.

"Gue... Gue sakit kanker otak," lirihnya diiringi dengan isakan. Zeva tidak punya pilihan lain, lagi pula nanti semua orang akan tahu mengenai penyakitnya. Dan sekarang Bara tahu.

"Bercanda lo gak lucu, Ze. Gue gak percaya lo sampe sakit separah ini?!"

Zeva membalas di sela-sela isak tangisnya. "Udah stadium tiga, Bar. Bentar lagi gue bakal mati."

Langsung saja Bara menarik Zeva ke dalam pelukannya. Ya tentu saja cowok itu terkejut, sangat terkejut sampai tidak bisa berkata-kata.

Zeva menumpahkan air matanya di pelukan Bara. "Jangan bilang lo belum kasih tau Ariel?"

Lalu cewek itu melepas pelukannya. Lagi-lagi Zeva membalas dengan gelengan kepala. "Bahkan keluarga gue sekalipun. Cuma lo yang baru gue kasih tau."

Tadinya Bara hanya berniat untuk menghadiri pemakaman sepupu jauhnya, tak mengira akhirnya akan bertemu Zeva di sini. Dan mendengar sebuah kenyataan besar yang belum orang lain tahu.

Bara menghela napasnya cemas. Sungguh, bagaimana bisa Zeva menyembunyikan hal besar ini dari semua orang, termasuk keluarganya. "Lo harus cepet kasih tau keluarga lo, Ze. Apalagi Ariel. Gue gak bisa ngebayangin gimana reaksi mereka pas tau lo lagi berjuang ngelawan penyakit lo."

Zeva menggigit bibir bawahnya yang bergetar. "Gue udah mati rasa. Setahun lebih gue udah coba lawan penyakit ini, dan bukannya membaik, malah makin parah. Mungkin ini udah takdir gue."

"Dan gue harap lo gak kasih tau siapa pun tentang penyakit gue. Biar nanti gue yang kasih tau sendiri, kalo sekarang gue belum bisa. Gue gak mau liat mata mereka yang natap gue dengan tatapan sedih." Zeva mencurahkan pada Bara yang hanya diam membisu. "Kayak lo sekarang, Bar. Gue gak suka sama cara natap lo ke gue."

»»««

Sudah pukul setengah empat sore, kini Zeva sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya, tentu saja diantar oleh Bara menggunakan motor sport yang jarang ia pakai ke sekolah. Karena kalau ke sekolah lebih enak bawa mobil katanya.

ZEVARIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang