Berdiri di luar kafe sendirian, Olif sedari tadi mondar-mandir berusaha menghubungi Zeva. Sudah kelima kalinya ia memanggil. Namun, tak kunjung mendapat balasan.
Tak lama, Arsen yang menunggu di dalam kafe pun menghampiri Olif untuk menanyakan kabar Zeva.
"Gimana? Udah dapet kabar?"
Olif menggelengkan kepalanya. "Nggak tau kemana ni bocah. Dari tadi susah banget dihubungin."
"Lo tadi siang ketemu dia 'kan?" tanya Arsen memastikan.
Berpikir sejenak, kemudian cewek itu mengangguk. "Nah. Tadi ketemu di restoran tempat dia part time. Terus dia pergi, katanya si Ariel alergi nya kambuh. Jangan-jangan dia ke apartemennya Ariel?!"
Mendengar penuturan Olif, Arsen terlihat berdecak kesal.
Langsung saja Olif mencari nomor Ariel dan mulai meneleponnya. Dan sama, tidak diangkat oleh sang pemilik ponsel.
"Ini perasaan hpnya pada aktif deh. Tapi kenapa nggak pada diangkat sih?" Olif mengerutkan keningnya seraya menatap layar ponsel. Dan menyimpannya kembali ke dalam tas kecilnya. "Dahlah ribet. Mending pulang."
"Apa jangan-jangan, mereka...?" Segera Olif menggelengkan kepalanya kuat-kuat menepis pikiran negatif itu. "Astagfirullah. Gini amat pikiran gue."
Arsen memicingkan matanya. "Gue tau apa yang lo pikirin."
Olif marah pura-pura polos. "Emangnya apa? Gue cuma ngira mereka beneran jadian atau apalah gitu uwu-uwuan, ah nggak deh kayaknya. Sampe kapan pun mereka kayaknya gak bakal akur. Emang maksud lo apa?"
Arsen tidak menjawab. Cowok itu pun malah pergi meninggalkan Olif sendirian.
"Dih maen pergi aja. Bukannya anterin kek. Dasar cowok gak peka."
»»««
"A... Ayah?"
Sontak Zeva merasa lemas, sekaligus kebingungan saat ternyata sopir taksinya adalah ayahnya sendiri.
Ayahnya hanya diam saja tidak menyahut. Padahal dia tentu saja mengetahui bahwa penumpangnya itu Zeva. Putrinya sendiri.
"Tujuannya ke jalan Anggrek no 25 'kan?" tanya Serga to the point yang tujuannya tentu menuju rumah mereka.
Di bangku penumpang, gadis itu hanya menunduk, disusul dengan anggukan pelan. Dia bingung. Iya sih ayahnya itu jarang sekali memarahi ataupun membentak dirinya. Tapi jika sekalinya Serga bersikap dingin seperti ini, bukan pertanda baik. Zeva tahu ayahnya pasti sangat marah pada dirinya saat ini.
Zeva semakin kebingungan saat ayahnya tiba-tiba membawa mobil tidak menuju rumah. Dan berhenti di suatu tempat yang lumayan ramai.
"Kok ke sini, yah?" tanya Zeva canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEVARIEL
Teen Fiction"Mampus, putus. Makanya kalo pacaran tuh jangan bucin!" ledek Ariel. "Oke, mulai hari ini lo jadi pacar gue." -Zeva "Hah? Ngaco lo!" "Pacar boongan, woy! Jangan kegeeran." Ini adalah kisah tentang sang Scorpio dan Virgo yang sifat dan kehidupann...