"Pio, yang cepet napa!" seru Zeva pada Ariel yang tengah melajukan motornya dengan santai.
Meski terhalang oleh helm, cowok itu jelas mendengar suara Zeva yang nyaring, lantas Ariel berdecak kesal. "Protes mulu, lo!"
"Cepetan dong ih lelet banget bawa motornya udah kayak siput aj-- HUWAA AYAH." Zeva sontak berteriak memanggil ayahnya, dan refleks melingkarkan tangannya di tubuh Ariel ketika tiba-tiba cowok itu menaikkan kecepatan motornya seperti yang Zeva suruh.
Plak ...
Saking kesalnya, Zeva pun memukul helm cowok di depannya ini. "Ya nggak usah ngegas mendadak juga ish. Kalo gue jantungan gimana? Mau tanggung jawab lo?"
Melirik kaca spion, dilihatnya Zeva yang terus saja mengomel. Ariel hanya menghela napasnya panjang, tak habis pikir dia bisa dipertemukan dengan cewek bar-bar yang satu ini.
"Mau lo apa sih, hah? Mau peluk gue gitu? Oh modus ya lo? Peluk mah peluk aja kali, gak usah sok jaim."
Sontak Zeva membulatkan matanya saat tersadar kini dia tengah memeluk Ariel. Langsung saja cewek itu menarik kedua tangannya yang semula melingkar di tubuh atletisnya Ariel. "Iew, lo kali yang modus! Maksud lo apaan coba ngegas mendadak kayak tadi kalo bukan modus? Hih."
Tiba-tiba Ariel malah menepikan motornya dan berhenti di sebuah ruko tak terpakai, terlihat sepi kawasannya, membuat cewek di bangku penumpang itu bergidik ngeri. Cewek itu pun mengerutkan keningnya heran. "Loh, loh. Ngapain berenti? Rumah gue kan masih jauh."
"Turun," pinta Ariel begitu saja.
"Hah? Lo mau ninggalin gue di sini? Sendirian? Wah, gila lo ya. Kalo mau nyuruh gue turun di tempat yang rame dikit kek. Lah ini, sepi banget! Kalo gue diculik gimana? Kalo gue gak bisa pulang gimana? Terus kalo gue ketemu para syaiton gimana?!"
Ariel hanya mengedikkan bahunya tak peduli. "Bukan urusan gue. Lagian lo sendiri yang ribet. Gue bawa motor pelan salah, kenceng juga salah. Ya udah mendingan lo turun aja sekalian."
Zeva mencebikkan bibirnya. Bisa-bisanya Ariel sampai merajuk seperti ini. "Ya bukan git-- Yah ... kok malah hujan?"
"Turun."
"Nggak mau!" Cewek itu menggeleng cepat.
"Ck. Cepet turun! Hujannya makin gede."
"Nggak mau! Gue aduin ayah tau rasa lo ninggalin anaknya sendirian hujan-hujan gini, dah gitu di tempat sepi." Kali ini Zeva tidak mementingkan egonya, dia hanya ingin pulang. Jangan sampai dia ditinggal di sana sendirian oleh Ariel.
Tak lama kemudian, Ariel lah yang turun dari motor. Zeva mengangkat kaca helmnya yang sudah terbasahi oleh air hujan.
"Gue udah turun. Lo juga turun. Kita neduh dulu. Gue gak bawa jas hujan," katanya yang terdengar samar oleh Zeva, cewek itu pun mengangguk mengerti meski dirinya masih sedikit bingung. "Ya kali gue ninggalin cewek di sini sendirian. Apalagi yang nyuruh gue nganterin lo kan Mama gue, gue pasti diamuk kalo nggak nganterin lo sampe rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEVARIEL
Teen Fiction"Mampus, putus. Makanya kalo pacaran tuh jangan bucin!" ledek Ariel. "Oke, mulai hari ini lo jadi pacar gue." -Zeva "Hah? Ngaco lo!" "Pacar boongan, woy! Jangan kegeeran." Ini adalah kisah tentang sang Scorpio dan Virgo yang sifat dan kehidupann...