25 - Sifat yang kembali

616 43 0
                                    

Hi!

Apa kabar semua nya?

Kalau part part kemarin kalian kurang suka, semoga sama yang ini bisa suka ya.☺️

Langsung aja ke ceritanya yu.

Selamat membaca

•••

Kini Reno sedang menatap ke arah gerbang sekolah dengan fokus. Lelaki itu baru pertama kali melihat gadis yang ia kasihani sedang mengobrol dengan salah satu lelaki yang sepertinya pemberani.

Dilihat dari ekspresi wajah dan gerakkan tubuh saat bicara, Reno bisa sedikit yakin untuk menyebutnya pemberani.

Tak ingin menambah penasaran, Reno pun pergi meninggalkan pemandangan itu dengan ponsel nya yang menampilkan layar game kesukaannya.

Jika ditanya siapa lelaki yang Reno lihat, jawabannya sudah pasti Deluca. Lana benar benar dibuat sangat kesal karena Deluca tiba tiba saja datang memanggil namanya saat di perjalanan.

"Lo ngapain sih kesini?!" omel Lana saat ia sudah lelah terus menerus dipanggil namanya oleh Deluca.

Deluca yang melihat Lana kesal pun langsung membuka helm full face nya lalu tersenyum lebar. "Mau ketemu sama lo, gak boleh?"

"Gak!" jujur saja, Lana sebenarnya masih sangat takut bertemu ataupun berbicara dengan Deluca. Tapi jika banyak orang disekitarnya mungkin ketakutan itu sedikit berkurang karena Lana yakin Deluca tak berani berbuat yang tak bisa ia tebak.

"Oh gitu," Deluca langsung saja terdiam setelah mengucapkan itu, wajahnya berekspresi seolah ia sedang memikirkan sesuatu yang membuat Lana semakin bingung dibuatnya.

Mereka saling terdiam satu sama lain dan saling menatap tak tentu arah. "Udah?" tanya Lana dengan wajah kebingungannya.

"Hah?" Deluca menatap Lana dengan wajah iseng namun dibuat seperti tak mengetahui apapun.

"Hah? Apasih?" Lana yang sudah kesal pun langsung saja berjalan menuju gerbang masuk karena bel masuk baru saja berbunyi.

Namun sebelum Lana berjalan lebih jauh, Deluca terlebih dulu berteriak, "Pulangnya gue jemput ya!"

Lana pun menolehkan kepala nya dengan wajah sinis lalu melanjutkan jalannya sembari menghentakkan kedua kakinya. Ingin sekali rasanya Lana berdiam sendiri menenangkan segala pikiran rumit yang bertebaran di otaknya, namun ia sudah tak bisa lagi bolos kelas karena pelajaran pertama adalah pelajaran seni. Bukan karena Lana menyukai seni, tapi karena ia sering bolos dipelajaran itu, jika ia kembali bolos, mungkin ia akan terkena surat peringatan yang sangat ia hindari.


oOo


Perpustakaan saat jam istirahat adalah tempat dan waktu yang paling nyaman bagi Lana menenangkan pikirannya. Biasanya gadis itu akan tidur seketika, namun kali ini ia hanya bisa melamun saja karena sudah beberapa kali mencoba tidur dan terus menerus gagal.

Saat ia mulai memejamkan matanya untuk lebih menenangkan pikirannya, tiba tiba saja bisikkan di sebelah telinga Lana membuat seluruh tubuhnya merinding.

RENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang