Parviz lalu segera memberitahu keadaan lambung kapal pada sang Kapten. Mendengar laporan Parviz, Kapten Frizz hanya bisa terdiam. Ia menggerakan kapal 15 derajat menghadap ke arah gelombang dan angin lalu mematikan mesin kapal setelahnya. Membiarkan kapal terdiam terapung di tengah laut. Ia tak menjawab laporan Parviz. Ia hanya bisa menyalakan transmisi radio dan berusaha untuk memberitahukan koordinat kapal. Dalam hatinya ia berharap akan ada yang mengetahui posisi kapal itu dan memberi bala bantuan.
".... Aku juga mendengar sesuatu yang lain. Sesuatu dari dasar laut. Saat mendekatkan telingaku ke dinding lambung. Gemuruh itu seperti benturan di bawah sana...," ucap Parviz seakan berbicara pada dirinya sendiri. Tapi sang Kapten cukup dekat untuk mendengarkan.
"Lalu runtuhan di bawah terjatuh, dan mungkin geraman.... Beberapa karang laut jatuh, lalu gelombang semakin besar. Dan tiba tiba bumm!! Bunyi benturan yang menyebabkan lambung kapal berlubang."
"Itu karang kecil di depan kapal yang tak dapat kulihat mungkin. Ini salahku, jarak pandang terlalu kecil. Semuanya gelap dan aku tak terlalu fokus."
"Tidak, dengarkan aku.... Ini semua gelap, dan bukan salahmu. Bahkan mereka yang di sekoci sudah tak terlihat. Terpaksa kita melepaskan mereka dibandingkan tenggelam bersama kita di kapal ini? Walau mereka bisa saja mati di sekoci itu."
Kapten Frizz mengusap wajahnya dengan kasar. Ia merasa sangat bersalah karena telah menabrak karang itu. Seandainya saja ia lebih terfokus dan pandangannya lebih tajam.
"Ayah ... yang kudengar bukan deru ombak, bukan juga suara karang di depan. Ini jauh di bawah. Apa kau tak percaya? Berhenti menyalahkan diri sendiri. Saat ini kita sedang berjuang bersama."
"Jadi ... apa yang kau dengar?" Kapten Frizz menatap Agen Blue dengan serius.
Pertama-tama Agen Blue ragu untuk mengutarakan pemikirannya, "Entahlah.... Sesuatu seperti monster laut?"
"Kepalamu terbentur di bawah sana?"
"Oh tidak! Percayalah padaku. Kau orang pertama yang kuceritakan hal ini. Itu jauh di bawah sana dan sedang mendekat ke arah kita.... Suara seperti—"
Refleks Kapten Frizz dan Parviz Skye menutup telinga mereka. Saat tiba-tiba sebuah suara yang memekakan telinga datang dari luar. Suaranya menyerupai deru mesin pesawat terbang. Mereka pun segera berlari keluar. Sebuah tornado sudah tampak di hadapan mereka. Di sertai dinding air setinggi lebih dari 4 meter yang bergerak cepat menuju kapal tempat mereka berdiri.
"Oh aku tak tahu ini bisa semakin memburuk...," rengek Reese terdengar seperti ingin menangis.
"H-hei, aku merasa...," lirih Xaviero yang mengusap tangannya perlahan. Tubuhnya terlihat melemah. Ia merasakan tusukan jarum di sekujur tubuhnya.
"Rasanya seperti logam—"
Duarr!!
Belum selesai Xaviero mengucapkan kalimatnya. Sebuah petir menyambar tepat ke arahnya. Di situ Reese langsung jatuh terduduk di dek kapal. Ia benar-benar menangis. Kini bahkan suara tangisannya tertutup oleh deru badai yang besar. Rasa panik mulai menyelimuti semuanya. Tak adalagi yang bisa bersikap tenang. Kecuali hanya Kapten Frizz yang masih terdiam. Ia memeluk Parviz dengar erat. Saat semuanya ketakutan ia berusaha menenangkan anak angkatnya tersebut. Ia tahu jika ia mati, maka hanya Parviz yang bisa melanjutkan hidupnya untuk kebaikan semuanya.
"Aku percaya pada ceritamu," bisik Kapten Frizz sukses membuat Agen Blue meneteskan air matanya. Air mata ketakutan yang selama ini ia tahan.
"S-semuanya pegangan erat pada kapal!" Itulah perintah terakhir yang diucapkannya sebelum dinding air menerjang kapal itu dengan kekuatan yang sangat cepat dan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER DISASTER ft.Hyunwoo & IU
ФанфикBencana besar yang sudah diperkirakan dalam 5 sampai 10 tahun terakhir ini akan terjadi? Bencana yang akan menghancurkan bagian bawah bumi. Sedangkan bagian atas hanya terkena dampaknya. Bisakah agen mata-mata Parviz dan ketiga temannya menyelamatka...