✎____BAB 8 pt. 2

34 27 0
                                    

Rasanya gempa seakan mengejarnya. Guncangan masih terjadi, ia dapat melihat lantai supermaket di sisi kiri jalan yang membentuk lubang besar.

'Ini benar-benar mimpi buruk,' pikir Josh.

Ia terus mengemudi dengan penuh konsentrasi agar tidak celaka. Retakan-retakan aspal jalanan terus seakan mengejarnya di belakang motornya. Gempa masih bergucang dalam kekuatan sedang. Namun kedua netranya membelalak saat melihat kedua gedung yang hendak jatuh saling berlawanan arah menuju pada satu titik menutupi satu-satunya jalanan di hadapannya. Josh melirik ke arah belakang sekali dan retakan terus mengejarnya semakin cepat. Lalu gempa berguncang semakin hebat. Kedua tangannya mulai berkeringat, menggenggam stang dengan erat. Kalau saja ia ada waktu untuk menangis rasanya Josh ingin menangis saja meringkuk di satu sisi.

Tak ada waktu untuk meringkuk, ia segera berpikir cepat. Mempercepat lajunya juga, berusaha sekuat tenaganya dan mentalnya untuk bertahan. Ia melaju menghampiri gedung, berharap dalam hati bahwa ia harap dirinya tidak sedang menghantam maut. Berharap bahwa dirinya tidak sedang menantang alam.

Motornya terus melaju, bersamaan kedua gedung yang terjatuh. Ia mulai memasuki daerah di bawahnya. Terfokus penuh pada hadapannya, berusaha menghindari puing puing bangunan. Menahan keinginan untuk mengecek keadaan di belakangnya. Ia hanya bisa berharap retakan di belakangnya tidak berniat membunuhnya. Karena Josh hanya punya dua mata untuk melihat ke depan. Membuka lebar kedua netranya untuk menghindari puing bangunan di tengah debu yang ia hantam dengan terpaksa. Ia berharap di balik dua gedung yang runtuh saling bertabrakan ini bukanlah hal yang lebih parah.

Josh Williams terus menerobos gedung tersebut. Dan ruang di sekitarnya menjadi semakin sempit. Terutama ruang di atas kepalanya. Ia hanya bisa berharap ia bisa keluar sebelum puing bangunan menghantam kepalanya.

DOR!! DOR!!

Suara tembakan di depannya membuatnya semakin jantungan saja.  Jantungnya berdegup kencang. Sedikit lagi ia sampai namun apa yang akan muncul di hadapannya? Kecepatan motornya sempat berkurang akibat keterkejutannya dan ketakutannya. Namun untungnya ia tidak menyerahkan nyawanya begitu saja pada puing bangunan yang hendak menghantam kepalanya. Ia berhasil keluar dengan selamat melewati kedua gedung runtuh tadi. Penyanyi itu terbatuk-batuk beberapa kali akibat debu yang dihirupnya.

Gempa masih terus berguncang dalam kekuatan yang hebat. Sementara selesai Josh terbatuk ia menghentikan motornya.

"Apa yang kau lakukan? Jangan berhenti di sana!! Kau mau mati!?" ujar seorang pria dari dalam mobil Ferrari berwarna merah yang terhenti cukup jauh di depannya. Tangan pria itu memegang sniper yang ia tempatkan di kaca mobilnya yang terbuka setengah bagian.

Josh menatapnya kebingungan. Ia masih terbatuk batuk di atas motornya.

"Cepat masuk mobilku bodoh!!" teriak pria itu lagi.

"Untuk apa kau membawa sniper!? Suara tembakan itu darimu?" balas Josh masih kebingungan ia mengedarkan padangannya ke kiri dan kanannya, rasanya tempat ini sudah cukup aman walau gempa masih terus berguncang.

Agen Blue mendesah kasar, ia benar-benar kesal pada pria yang terduduk di atas motornya karena bersikap sangat lengah. Gedung di belakangnya meski sudah runtuh, hanya butuh waktu satu detik untuk bisa jatuh kapan saja untuk menghantam kepalanya.

Sedangkan Cheryl Lee hanya bisa memutar kedua bola matanya dengan kesal. Ia merasa Parviz terlalu banyak menolong orang. Jika saja ini bukan mobilnya, Cheryl tak akan berhenti meski disuruh.

"Oh cepatlah jalan!!!" pekik Reese tiba-tiba. Matanya menatap ke arah belakang mobil dengan ketakutan.

Tangannya menggengam laptopnya yang masih memproses unggahan artikelnya yang ternyata belum selesai. Ia terus menatap ke arah belakangnya sambil memukul mukul kursi mobil Cheryl dan Parviz.

MONSTER DISASTER ft.Hyunwoo & IUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang