✎____BAB 9

33 21 5
                                    

Serentak ketika sang ketua agen membuka pintu, yang lain mengikutinya. Mereka berlari di tengah gemuruh angin yang berada di belakang mereka. Kedua kaki sang ketua agen berlari menembus badai sekuat tenaga berusaha agar tidak terseret angin yang semakin lama semakin kencang. Dalam hatinya ia hanya bisa berharap semoga ia tidak akan terbang tertiup angin badai tersebut.

Di sebelah helikopter ia segera membuka pintunya. Melihat-lihat mesin helikopter tersebut apakah masih dapat digunakan atau tidak. Kedua temannya disertai sang putri presiden mengikutinya memasuki helikopter tersebut. Perlahan ia berusaha menyalakan mesinnya. Sambil menutup pintu-pintu helikopter dengan sesegera mungkin.

Tiba-tiba langit semakin gelap, ternyata malam hampir tiba. Awan-awan hitam berkumpul tepat di atas mereka. Seperti apa yang dilihat oleh Reese sang wartawan, ia menatap pusaran angin di belakang mereka dengan kumpulan awan hitam di sekitarnya. Ia juga dapat melihat satu persatu rumah dan pepohonan serta gedung terangkat masuk ke dalam pusaran angin tersebut lalu ketika mencapai ketinggian tertentu beberapa terpental keluar dari pusaran angin dengan kencang. Reese tak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya jika terhisap masuk pada pusaran angin tersebut ataupun terhantam bebatuan yang terbawa.

"Ini laptopmu," ucap Josh sambil menyerahkan laptop yang berada di tangannya tadi kepada Reese.

Wartawan muda itu hanya menerima dan mengangguk pelan sambil menunggu helikopter terangkat dari daratan.

Lalu mereka berempat dapat merasakan gempa yang lagi-lagi terjadi. Bersamaan dengan guncangan itu langit terdengar seakan marah. Guntur bergemuruh di atas sana, dan suasana semakin gelap saja.

"Ayo cepat terbangkan!" ujar Cheryl tak sabaran, ia mulai panik menatap pusaran angin di belakang mereka yang semakin mendekat.

Parviz berusaha untuk tidak panik, ia tetap menerbangkan helikopter dengan aman. Mencoba untuk mempercepat penerbangannya agar tidak terkena guncangan gempa lebih lama.

Begitu mereka terbang, mereka berusaha menghindari beberapa gedung yang terjatuh di belakang mereka. Menurut Parviz jujur saja semua hal ini lebih memusingkan daripada perang. Ia merasa takut sekali dengan alam. Ia terus menerbangkan helikopternya ke depan menjauhi runtuhan gedung yang terjatuh di belakangnya. Kedua netranya melirik jauh ke bawah di mana ia terbang di atas lubang besar yang menghadang jalan mereka berempat tadi. Lubang yang dihasilkan oleh gempa besar yang masih terus terjadi di bawah sana.

"Oh ya ampun, kenapa hanya dunia bagian bawah?" gumam Cheryl sambil menatap beberapa manusia-manusia yang masih hidup. Beberapa di antaranya terjatuh ke dalam retakkan bumi yang dihasilkan oleh gempa yang lebih dahsyat barusan.

Hanya hitam, sejauh mata Parviz memandang ke dasar lubang itu hanya hitam. Ia tak bisa melihat apapun di dalam lubang yang kemungkinan menuju dasar bumi tersebut. Telinganya hanya bisa menangkap suara-suara gemuruh yang masih menjadi backsound tersendiri di atas langit. Belum lagi suara bising yang ditimbulkan akibat runtuhan aspal jalanan dan gedung di bawah sana.

DUARR!!

Beberapa dari mereka menjerit akibat terkejut karena suara petir yang tak jauh dari mereka. Cheryl pun menolehkan kepalanya ke arah belakang helikopter yang masih berjalan perlahan dikendalikan oleh Agen Blue. Tornado itu masih terus berputar menghancurkan mobil-mobil dan gedung di bawahnya sambil berjalan perlahan ke arah mereka.

"Langitnya...," ucap Josh sambil menatap ke arah langit yang memperlihatkan cahaya di beberapa titik. Seperti bintang-bintang terang yang bertebaran di langit. Namun cahaya itu kian membesar.

"Menurutmu apa itu?" tanya Cheryl mulai merasa ngeri.

"Ada apa?" tanya Parviz yang masih berkonsentrasi melihat ke arah depan berusaha menghindari petir-petir yang menyambar.

MONSTER DISASTER ft.Hyunwoo & IUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang