✎____BAB 9 pt. 2

27 18 2
                                    

Mereka berempat pun bertukar pandang. Kemudian ketiganya terkecuali Parviz kembali menatap ke arah langit. Terlihat benda bersinar menyerupai bintang itu semakin membesar.

"Itu bukan membesar," gumam Josh merasa ragu. Kini jantungnya mulai berdegup lebih cepat. Ia takut untuk melanjutkan kalimatnya.

".... Itu mendekat," lanjut Reese menyelesaikan kalimat Josh kemudian ia meneguk salivanya dengan takut.

Dugaan mereka tak salah, bola-bola api yang besar itu mulai menghujani bumi, walaupun ada guntur, petir, tornado, disertai angin yang sangat kencang hujan api itu tetap terjadi. Mereka jatuh dalam jumlah yang semakin lama semakin banyak.

"HUJAN METEOR!!" Cheryl memperingatkan Parviz dengan cepat.

Sang ketua agen pun untungnya langsung dengan sigap mempersiapkan dirinya. Ia berusaha mengendalikan helikopter dengan baik. Beberapa meteor api itu hampir menabrak helikopter itu berkali-kali. Untungnya Parviz masih bisa menghindarinya. Beberapa menyerempet sisi kiri ataupun kanan helikopter. Ia hanya bisa berharap semoga helikopter yang dikendarainya tidak mudah rusak.

"Tornadonya!!!" teriak Josh sambil menunjuk ke arah kanan helikopter.

"Apa maksudmu!? Tornadonya ada di situ!" balas Cheryl sambil menunjuk ke arah belakang dengan pandangannya.

"Tidak!" ucap Josh lagi.

DAARRR!!! WHUSSH!!!

Barusan petir hampir saja menyambar sisi kiri pesawat. Hal itu membuat sang agen tidak bisa mendengar percakapan teman-temannya. Ia benar-benar harus ekstra hati-hati dan fokus pada penerbangan.

Suara angin di sisi kanan helikopter membuat mereka berempat terganggu. Josh sudah mengetahui apa yang terjadi, ia sudah mencoba memperingatkan ketiga temannya. Saat itulah Cheryl, Reese dan Parviz menyadari apa yang telah dilihat Josh.

"Aku tak pernah mendengar guntur dari jarak sedekat ini. Dan sekarang aku harus menghadapi dua tornado disertai hujan meteor?" ujar Parviz tak percaya akan apa yang dilihatnya.

"Hei, lebih cepat! Tornado yang di belakang mendekat!" seru Josh semakin panik.

Parviz seperti diperintah langsung berusaha kembali fokus pada kegiatannya untuk menyetir. Ia berusaha untuk menghindari tornado dan tarikan angin yang dapat ia rasakan semakin besar dari belakang dan sisi kanan helikopter. Kini dirinya mulai sangat panik, ia merasa bahwa mereka tak akan bisa terbang lebih lama lagi. Diliriknya kota-kota di bawah yang sudah terbakar dan hancur menjadi kota mati. Lubang besar tadi telah mereka lewati.

GRUUKK!!! GRRK!!!

Lagi-lagi guntur terdengar keras, lalu hujan pun turun dengan deras. Meteor yang tadinya berapi-api kini sudah mulai mereda. Jumlah yang terjatuh masih ada namun sudah semakin berkurang. Tapi dua tornado saja sudah cukup mengerikan untuk dihadapi, belum lagi di sertai hujan badai yang deras.

"Itu laut," ucap Reese sambil memandang hamparan air yang berwarna biru tua kehitaman di depan mereka, "Katanya kita mau menuju basement?"

Cheryl mengangkat bahunya dengan lesu, "Entahlah, aku bahkan sudah tidak tahu arah."

Ia benar, bahwa kini semua kota telah hancur. Mereka sudah tidak mengetahui lagi ke arah mana mereka berjalan, ke arah mana mereka terbang, bahkan dari mana mereka berasal. Mereka sudah tidak dapat mengenali tempat lagi. Sejauh mata memandang hanya laut dan kerusakan kota yang terlihat. Tak lupa juga bencana yang masih terus menghantui hingga kini. Mengejar-ngejar mereka seakan maut hendak menjemput.

Bukan hanya itu, laut pun terlihat tak tenang. Permukaannya terus membentuk gelombang acak yang tinggi. Suara guntur dan gemuruh di langit sudah biasa sampai menutupi gempa di bawah yang masih saja terjadi entah memang gempa atau akibat runtuhan gedung dan tanah yang hampir menyatu dengan laut.

MONSTER DISASTER ft.Hyunwoo & IUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang