23. Kebahagiaan pagi hari.

35.5K 2.5K 126
                                    

SELAMAT MEMBACA

Kebahagiaan pagi hari
17 October 2021

Pagi ini Lean sudah berada di sekolah, entah mengapa cowok dengan rambut yang jarang rapi dan dasi yang melingkar di lengangnya itu datang pagi-pagi sekali hari ini, bahkan sekarang masih jam 06:50 pagi.

Dia berjalan dengan langkah gagah nya, menguasai lorong-lorong sekolah, seolah memang di kosongkan khusus karena kedatangannya, padahal hanya dia saja yang datang terlalu pagi dan belum ada satu murid pun yang datang selain dirinya.

Langkahnya tertuju ke ruangan yang pintunya bertuliskan "Band Room". Lean masuk dengan mudahnya karena dia sudah menduplikat kunci dari ruang band sekolah, tanpa sepengetahuan guru-guru juga satpam sekolah.

Dia duduk tepat di depan piano, lalu melempar tas nya dan merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih berlogo apel cuil miliknya. Lean membuka aplikasi Line dan setelahnya dia menelfon seseorang.

Menunggu cukup lama Lean mendengus kasar, "Ck! Kemana sih ni anak."

Tak lama suara dari dalam benda pipih itu muncul.

"Halo, kenapa Kak?"

"Len, bilangin ke Ibuk, hari ini Kakak nggak bisa pulang dulu, lagi sibuk."

"Ha! Gila ya lo!" makian dengan suara sedikit cempreng terdengar dari sana, "Ibuk lagi sakit Kak, yakin lo gak mau balik?"

Lean sedikit mendesah kesal, lalu kembali menjawab pertanyaan itu, "Yaudah ntar gue balik, tapi paling agak malem, bilangin ke Ibuk."

Beep!

Sambungan telfon itu di matikan sepihak oleh Lean, lalu cowok dengan seragam kusut itu kembali mengambil tas yang telah ia lempar dan kembali berjalan keluar dari ruangan pengap itu.

Hari ini ntah mengapa Lean merasa sangat tidak nyaman, seperti ada rasa yang benar-benar tidak bisa di ungkapkan oleh kata-kata, perasaan resah yang ntah dari mana datangnya, itu sangat membuat Lean kesal, sehingga dia memilih untuk datang ke rooftop sekolah.

Belum sempat Lean melewati pintu rooftop tiba-tiba ingatan tentang hancurnya hubungan asmara nya dengan Nara terulang kembali di otaknya, ingatan yang sangat membuat Lean merasa sesak dan sakit.

Dia tersenyum menatap tempat dimana waktu itu, ada seorang cowok bodoh tidak tau diri yang bisa-bisanya mencium perempuan lain di depan pacarnya sendiri. Lean sendiri memang merasa sangat bodoh, tapi mau dia merutuki itu seribu kali pun itu tidak akan pernah berubah. Nara sudah benci dirinya, itu yang membuat dirinya merasa tak sanggup lagi hidup di dunia.

"Pasti waktu itu sakit banget ya sayang?" lirih nya dengan setitik air mata yang tiba-tiba ingin turut serta untuk membuat Lean semakin menyesal.

Lean tersenyum dengan deretan gigi nya yang rata, ganteng sekali evribadih saya tidak kuat!!!!!

Ulang! Lean tersenyum dengan deretan gigi nya yang rata, mengusap air matanya kasar lalu melangkah maju ke luar rooftop. Dia berdiri tepat di dimana waktu itu dia mencium Nia.

Dia berbalik badan ke arah langit luas di depannya, menarik nafas dalam lalu menghembuskan itu dengan begitu perlahan. Dia menjatuhkan tas nya, lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang, tertunduk sambil tersenyum lalu kembali menatap langit.

"Bisa apa aku tanpa kamu, An," monolog itu keluar tanpa pikir panjang, bersama langit dan angin, "Gue sayang banget sama lo...," harusnya suara sendu namun agak lantang itu mampu menggugurkan segala rasa sakit di hati Nara.

LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang