SELAMAT MEMBACA
Kelicikan Nia
13 Maret 2022Bara sampai pada tujuannya, ia turun dengan baju hoodie berwarna hitamnya, berlari sekuat tenaga untuk menuju ke arah tempat Nia bersembunyi. Perpustakaan berada di lantai dua, dari lantai itu, banyak bercak darah berceceran, ia menyentuh darah itu memastikan bahwa yang dilihatnya memang sebuah darah yang masih segar, entah siapa pemilik dari darah itu tetapi saat ini pikirannya tertuju pada Agnia Sukma Mahika.
"Niaaa!" panggil nya, "Ini gue, lo dimana, gue udah disini."
"Kak...," sautnya lemah.
"Nia?" Bara mencoba untuk mencari sumber suara itu, menyusuri setiap bilik dari perpustakaan itu. Sampai dimana dia menemukan seseorang tergeletak lemah di bawah salah satu bangku perpustakaan itu.
"NIA!" ia terduduk sambil mencoba untuk menekan lengan kiri Nia yang mengeluarkan banyak darah.
Tangan gadis itu mengambang mencoba untuk mengambil pisau yang ada di atas meja disampingnya, Jlep! Gadis dengan rupa pucat itu tiba-tiba menusukkan pisau yang di ambilnya tadi ke perut sampingnya sendiri.
Entah apa yang ada di pikiran Nia saat ini, mengapa dia menusuk dirinya sendiri? Membuat Bara membelalakkan matanya lebar-lebar. "Lo-lo gila Nia," Bara beringsut mundur, mencoba untuk menjauh dari gadis yang ada di depannya. Bara bukannya pengecut, namun dia mulai tersadar sekarang, gadis itu ingin menjebak dirinya.
"NIA!" seseorang berteriak dari arah pintu perpustakaan. Bara menoleh dengan cepat, ia memperhatikan seseorang itu yang tubuhnya nampak menggelap karena silau oleh sinar lampu di belakangnya, sampai beberapa saat seseorang itu berada tepat di depan Nia.
"Danif," ucap Bara lirih. Bara semakin tak mengerti apa motif dari kelicikan gadis itu, ia tak tau bahwa Nia juga telah memanggil Danif untuk datang kesini.
Danif panik, ia marah dan menarik Bara menjauh dari Nia, Bug! "Lo apain dia bangsat!" mendorong Bara hingga tertumpu oleh rak rak yang ada di dekat sana dan membuat sebagian buku-buku berjatuhan. Danif menghajar Bara ia tidak memberi Bara ampun, menghajar tanpa ragu tidak perduli tangannya sendiri ikut terluka, suasana hujan mendukung adegan mengerikan ini, "Nif... dengerin gu-gue aghh."
"BACOT LO ANJING! KENAPA LO LAKUIN INI KE NIA! HA?"
Darah bercucuran disetiap sudut wajah Bara, Bara kalah, tubuhnya yang tak kuat menahan serangan tiba-tiba yang telah diberikan Danif, ia lemah luluh lantah. Danif mengatur nafasnya melepaskan serangan nya pada Bara dan berlari ke arah Nia.
"Nia!," beberapa kali menepuk ringan pipi Nia berharap mata kecil itu terbuka, "Nia bangun Nia ini gue! Nia bangun!"
Brak! Pintu kembali terbuka, Lean dan Nara ada di depannya.
"Hah!" Nara menutup mulutnya tak percaya, banyak darah berceceran disana matanya tertuju pada Nia yang tertidur dalam pelukan Danif, lalu berlalu ke arah Bara yang terbujur kaku tidak jauh di depan mereka.
"Bara!" Nara berlari menghampiri Bara, "Bara kenapa? bangun Bara," Nara berusaha keras untuk mengguncang tubuh Bara agar tersadar dari tidur nya. Disana mata Lean memanas, hati nya tidak terima pada perlakuan Nara yang membuat api dalam dirinya semakin tersulut.
"Dia mau bunuh Nia, Nar!" teriak Danif di belakangnya.
Nara menoleh, menggeleng tidak percaya, "Gak, gak mungkin."
"Uhuk-uhuk!" Nia tersadar, "Le-lean."
Nara menatap ke arah Lean, mereka saling bertatapan dalam diam, Nara dengan air matanya dan Lean dengan emosi nya. Tanpa berpikir panjang, Lean menghampiri Nia, menggenggam erat tangan yang mengambang itu lalu duduk dan menyenderkan tubuh Nia ke dada nya.
"Le-lean."
"Iya, gue disini, Nif panggil ambulan."
"Iya," Danif berlari keluar untuk memanggil ambulan.
"Lo butuh apa, gue disini," ucap Lean dengan usapan tangan lembut yang mendarat tepat di rambut Nia.
Jangan pertanyakan soal perasaan Nara saat ini, hatinya di hancurkan kembali, bahkan lebih parah dari sebelumnya, Lean terlihat seperti seorang lelaki yang sangat takut kehilangan wanitanya, pertanyaan muncul dalam benak Nara, "Kalo aku yang ada di posisi Nia, apa kamu akan sekhawatir itu Ley?"
"An-anakk kita Kak, selametin anak kita," seperti petir yang menyambar, tubuh Nara membeku, "Anak?" seru nya kecil kepada Lean dengan jarak yang membentang di antara mereka.
"Iya, tunggu ya, sabar, Danif lagi manggil Ambulan, lo kuat Nia, anak kita juga kuat, gue tau lo pasti bisa, sabar ya."
Deg! Hancur, sudah, air mata Nara menetes dengan begitu pilu nya, apa yang didengarnya barusan, anak kita? Apa maksud dari kata itu? Apa yang Lean dan Nia lakukan dibelakangnya?
Lean bukannya tidak sadar bahwa Nara ada disana, dia memang dengan sengaja menjawab Nia karan dirinya tersulut emosi pada Nara yang mengahampiri Bara di depan matanya. Rasa sakit yang begitu tidak adil bukan? Tamparan begitu keras sudah Nara dapatkan sekarang, dosa apa yang telah di buatnya sampai ia harus mendapat derita yang begitu menyakiti jiwanya.
Danif datang, dengan terburu, "Yan ambulan udah di depan."
Tanpa menunggu aba-aba lagi dari Danif, Lean menggendong Nia, berlari meninggalkan Nara dan Bara yang tengah tergeletak lemah di ruang perpustakaan itu. Nara berdiri mencoba untuk mengehntikan Lean, "Bantuin bara juga," ucapnya penuh permohonan, Lean yang mendengar itu semakin muak, mendorong Nara dengan kencang hingga punggung gadis manis itu menabrak pintu perpustakaan dengan kencang,
"Aghh."
"Urus aja sendiri!" ucapnya lalu pergi meninggalkan Nara sendirian dan berlari ke arah ambulan.
Nara tak menyerah ia bangkit lalu mencoba untuk menggapai tangan Danif, "Kak, please bantuin Bara," mohonnya sekali lagi.
Danif tak menggubris ia menghentak tangan Nara lalu berlari menyusul Lean dan Nia.
✄✄✄
Jangan lupa Vote dan Komennya ya
Maaf chapter kali ini agak booring tapi jangan khawatir aku udah siapin chapter-chapter dengan alur yang lebih baik.
FOLLOW IG BARU CAST LEANDRO
@naraklyn
@leanaksa
@bbarankl
@agniamahikaDan ini adalah IG aku
@silessly
@partofleandroSemua hal-hal tentang leandro akan di up disana, semoga kalian suka dengan cerita ini dan sampai ketemu besok!!!!!
Btw ada saran buat nambah akun ig dari cast Leandro yang lain ga? kalo ada kira2 ada yang mau jadi adminnya? bisa dm aku di ig silessly yaa!
THANKYOU MUACHHH 😚😘🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSION
Teen Fiction"NARA CUMAN PUNYA GUE ANJING!" Sentak Bara. "BACOT BANGSAT!" Mereka tetap saling pukul satu sama lain, wajah mereka juga sudah babak belur, hingga pelukan seorang gadis di salah satu punggung mereka, membuat jeda di antaranya, "Bara, udah Bara. St...