08 November 2024
Kini hari semakin gelap, Lean masih setia menunggu kesadaran sang Ibu disana, "Ley, makan dulu," Nara membuyarkan segala lamunannya. Lean dengan wajah pucat dan mata merahnya itu masih enggan melepas telapak tangan sang Ibu, "Aku gak mau Ibu kenapa-napa, Anna."
"Ley, Ibu gak akan kenapa-napa sayang. Kamu tenang dulu, aku tau kamu khawatir, tapi kamu juga harus jaga kesehatan kamu. Ibu pasti juga akan marah kalo liat kamu kayak gini, Ley."
"Aku udah jahat banget ya sama kalian?" tatapan Lean masih lekat kepada sang Ibu, "Kamu tuh ngomong apa sih, Ley." Nara mencoba untuk mengalihkan percakapan itu, tentu saja Nara enggan mendengar laki-laki kesayangannya menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku gak tau kalau ternyata aku se-brengsek itu," suara itu melemah, Lean kembali menangis. "Harusnya aku gak nyeret kamu kedalam masalah ini, harusnya aku gak ganggu hidup kamu, harusnya ak—"
"Sayanggg..," Nara menunduk tepat di hadapan Lean, ia mencoba untuk membuat tubuh Lean yang tengah duduk lemas di depan tubuh sang Ibu nya itu untuk menghadap ke arahnya, "Dengerin aku, Ley. Kamu sama sekali gak salah, gak ada yang salah disini, kita semua benar dengan versi kita masing-masing, kalau kamu gak ngerti tentang sudut pandang orang lain, itu bukan salah kamu, Ley. Karena pikiran mereka bukan tanggung jawab kamu."
"Tapi mereka tanggung jawab aku, Ann. Mereka, Ibu dan Lena. Aku bahkan gak becus ngurus adik ku sendiri, aku malah fokus sama diriku sendiri. Lena bener, Ann. Aku emang egois, aku emang gak pantes di sebut Kakak," ia menoleh kembali ke arah sang Ibu, "Bahkan sekarang aku juga gak pantes di sebut seorang anak."
Tanpa banyak bicara, Nara memeluk tubuh laki-laki yang kini matanya tengah penuh dengan air mata. "Siapa yang bilang kamu gak pantes disebut sebagai Kakak? Hmm? Gak ada yang berpikiran begitu, Ley. Lena kemarin cuman marah, kamu tau sendiri omongan orang yang marah itu omongan yang gak seratus persen bener, Lena cuman emosi aja.., aku yakin Lena gak mungkin punya pikiran kayak gitu, karena emang dia sayang banget sama Kakaknya. Sama kamu, Ley."
Lean semakin memeluk gadis itu, rasanya saat ini hatinya benar-benar hancur, mengingat kembali ucapan sang Ibu bahwa gadis yang saat ini tengah di peluknya adalah seseorang yang paling kesakitan di antara mereka semua. Bahwa memang benar keegoisan Lean telah merenggut dia dari kebahagiaan, Lean menyadari itu namun Lean benar-benar tak bisa melepas Nara. "Kamu kemarin denger sendiri kan, Lena marah karena kamu belain aku terus," Nara menjauhkan sedikit dirinya dari Lean, melepas tangan Lean yang masih ingin terus berada di pinggangnya, Nara mengusap sayang wajah laki-laki itu, "Kamu pikir dia ngomong kayak gitu karna dia benci kamu? Enggak, Ley. Dia ngomong kayak gitu karena dia pikir aku udah rebut perhatian kamu dari dia. Tau kan artinya Lena itu bener-bener gak mau Kakak kesayangannya ini diambir orang lain."
"Tapi aku gak bisa jauh dari kamu," Lean membantah omongan Nara seakan Nara akan mengucapkan sesuatu yang akan membuat hubungan mereka akan rusak, hal itu membuat Nara terkekeh. "Gak ada yang bisa buat kamu jauh dari aku sayang, maksud aku ngomong kayak gitu, karena yang jadi masalah disini itu bukan kamu atau Lena, bukan juga aku atau Ibu, tapi kesalah pahaman aja, Lena pikir aku rebut kamu karena selama ini kamu selalu belain aku kalo dia lagi hina atau ngatain aku kan? Sayang, aku tau kamu gak terima kalau dia ngatain aku atau bahkan sampai ngehina aku, tapi apa menurut kamu itu wajar? kalau kamu sampai berani main tangan ke dia? Hmm? Aku gak akan masalah kalo kamu mau marahin dia, tapi aku juga gak akan terima kalo kamu main tangan sama adik kamu sendiri."
Lean menunduk, ia mengerti apa yang saat ini ingin di katakan oleh Nara, "Kamu mau minta maaf kan?" tanya Nara kepada Lean yang saat ini tengah bersedih karena telah di marahi oleh Nara. Padahal maksud Nara bukan memarahi dia.
"Aku juga gak akan nampar dia kalo dia gak keterlaluan." Lean masih membantah. "Aku cuman gak mau dia jadi anak yang kurang ajar."
Nara membuang nafas kasar, hal itu memicu kepanikan dalam diri Lean, "Tapi aku bakal minta maaf." Lanjutnya terdengar pasrah. Nara tersenyum mendengar itu, lalu Nara mengajak Lean untuk keluar dan mencari kantin agar mereka bisa makan bersama.
***
"Ibuu, ibu kapan bangunnya," Lena sudah berada disana dengan Bara, mereka berdua datang tak lama setelah Nara dan Lean keluar dari kamar yang di huni oleh Lisa. "Lenaa minta maaf buuu," gadis itu masih merengek.
Bara mengusap kepalanya sayang, "Nanti juga Tante Lisa bakal bangun. Kamu mau istira dimana? Di sofa atau mau pake kasur lipat aja?" tanya Bara.
"Aku mau nungguin Ibu disini." Bara tak menjawabnya lagi, ia tak mau gadis itu terganggu sekarang, ia lebih memilih bersiap untuk beribadah karena ini sudah lewat dari jam 9 malam.
Bara sudah selesai dengan sholatnya, tak lama dari itu, Lean dan Nara datang kembali ke kamar Lisa, "Kalian kapan sampe nya?" tanya Nara.
"Harus banget ya ninggalin Ibu buat pacaran? Emang gak ada tempat lain?" sinis Lena kepada Lean dan Nara. Tatapan Lean mulai menyorot, sepertinya pria itu kembali tak terima dengan omongan sang adik.
Menyadari itu Nara menjawab pertanyaan Lena dengan santai, "Ah enggak, kita tadi pergi buat makan bentar kok, soalnya Lean belum makan seharian," dengan senyum manisnya.
Lena berdiri dengan emosinya, "Lo pikir gue makan hari ini!" sentaknya pada Nara, Bara yang
menyadari itu langsung memegangi pundak Lena lembut, "Tante Lisa lagi istirahat jangan teriak-teriak."Lean semakin mengeraskan rahangnya, belum sempat ia maju, Bara sudah lebih dulu menyembunyikan Lena di balik tubuhnya, "Na-Nara, kamu bawa Lean pulang aja dulu. Malam ini biar aku sama Lena yang jaga Tante Lisa disini," dengan paniknya.
Nara membalas kode kedipan Bara dengan cepat, "Ah oke kalo gitu, aku sama Lean pamit pulang dulu ya. Besok kita gantian."
"Iya Nara. Hati-hati pulangnya, oh ini sekalian kunci mobil gue," Bara melemparkan kunci mobil itu ke arah Lean, dan dengan tepat Lean menangkap kunci itu. "Ayo sayang." Nara mencoba untuk menarik Lean keluar dari kamar itu.
"DASAR PELACUR!"
***
Hi, How u doing? and How's life?
untuk tau kelanjutan dari cerita ini kalian bisa bantu untuk klik logo star yang ada di halaman paling bawah.Terimakasih sudah selalu setia menunggu aku dan Leandro untuk tampil kehadapan kalian, jangan lupa kalau ada yang ingin di sampaikan, bisa langsung comment atau dm aku di ig @silessly
Love you all🫶
KAMU SEDANG MEMBACA
LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSION
Ficção Adolescente"NARA CUMAN PUNYA GUE ANJING!" Sentak Bara. "BACOT BANGSAT!" Mereka tetap saling pukul satu sama lain, wajah mereka juga sudah babak belur, hingga pelukan seorang gadis di salah satu punggung mereka, membuat jeda di antaranya, "Bara, udah Bara. St...