29. Keputusasaan Nia.

30.7K 1.9K 119
                                    

SELAMAT MEMBACA

Keputusasaan Nia
06 Maret 2022

  Hujan turun begitu derasnya, angin kencang berhembus tak tau arah, datang menyerobot banyak pepohonan rindang yang menghalang, banyak kendaraan yang masih berani untuk berjalan perlahan, tak mau kalah walaun pun angin datang dari arah berlawanan.

Hanya satu yang dengan hebatnya menerjang angin menggunakan kecepatan maksimal, tak tau diri soal ancaman angin untuk menyuruhnya berteduh sesaat. Terburu-buru ingin sampai entah dimana, klakson dibunyikan setiap ada kendaraan lain yang menghalang, begitu angkuh dan tak tau sopan, Nia. Dia adalah seseorang dibalik kaca mobil itu.

"TINNNNNNNNNNNN!" begitu nyaring dan menggangu.

"Bisa minggir nggak anjing!" Ia berteriak kepada salah satu pengguna jalan raya dengan mobil sedan berwarna putih yang tengah berjalan pelan di depannya. Pengemudi itu mengalah mungkin sudah tau watak anak muda, atau memang tidak ingin menambah masalah. Entahlah.

Setelah melalui perjalanan yang begitu panjang, sampailah dia di tempat ini, SMA ANGKASA JAKARTA, entah mengapa dia memilih tempat ini untuk di jadikan labuan terakhirnya. Setelah memarkirkan mobil, perempuan dengan rambut panjang berwarna coklat itu berlari menuju ke salah satu ruangan. "Ck! basah semua anjing!" komplainnya sendiri.

Lalu dengan buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya, ia mencari-cari nama seseorang lalu tak lama kemudian nada memanggil dari ponsel itu berbunyi. "Hallo?" suara seseorang di dalam ponselnya.

"Kak."

"Siapa?"

"Kak gue Nia, pliss bantuin gue Kak, gue takut banget. Lean mau bunuh gue Kak, Lean mau bunuh gue sekarang, plis bantuin gue, gue gatau harus minta tolong ke siapa lagi," jeritnya dengan senggukan suara tangisan yang sengaja di buat-buatnya.

"Ha? Lo sekarang dimana?"

"Di sekolaan kak, aku gatau lagi harus sembunyi dimana, dari tadi Lean ngikutin mobil gue, plis kak cepet dateng kesini, gue takut."

"Oke oke jangan panik! gue kessana sekarang."

"Cepetan Kak, gue sembunyi perpustakaan."

"Oke."

***

Lihat mereka, dua bintang kita sedang bermanja diatas kasur lembut barbahan sutra itu, "Eunghhh," salah satunya mulai terbangun, Nara, gadis manis itu mulai merasa kram di bagian lengan kanan, karena tertindih oleh kepala anggun dari pangeran kecintaannya.

Ia menggeser sedikit kepala dari laki-laki yang berhasil meruntuhkan segala ego dan isi kepalanya. Lalu bangkit dari tempat tidur dan menutup jendela yang tirai nya sedari tadi asik mengayun-ayun tanpa ragu. "Yahhh, basah," ucapnya menyadari bahwa tirai itu terkena rintik hujan yang sedikit lebat. Setelah itu selesai, dia kembali menuju ke tempat tidur, bersiap untuk kembali di repotkan oleh kecintaannya. Nara mengahadapkan dirinya ke arah Lean, mengusap alis berbulu domba itu dengan halus, "Ganteng banget sih kalo bobok."

"Eungghh," Eluhnya karna tidurnya terusik.

Nara kembali melepas tangannya dari wajah si tampan. Lalu berpindah posisi untuk duduk dan meminum air yang ada diatas nakas. Ting! suara notifikasi ponsel itu membuat Nara menoleh, sekarang pandangannya tertuju pada ponsel Lean yang memang sedari malam tadi sudah ia taruh di atas nakas.

LEANDRO (untuk Nara) NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang