part 40

17 2 0
                                    

"Assalamu'alaikum nduk... Dimana kamu?? Kok dari kemarin dihubungi susah. Lagi naik gunung apa?? Gak ada sinyal?? " Razi bingung harus menjawab apa pada pertanyaan singkat ibunya . Apa ia harus jujur tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi??

Nia masih belum sadarkan diri hingga pagi ini. Dan Yasmin sudah berlalu meninggalkannya bebrapa menit lalu. Begitupun Afa.

"Wa'alaikumussalam Ibu... Maafin Razi ya... Dari kemarin memang susah sinyal." jawab Razi dengan terpaksa harus berbohong.

"Tapi kamu baik-baik saja kan?? "

"Alhamdulillah Bu.. Ibu tidak usah khawatir. Emm gimana kabar Ayah?? Beberapa hari ini juga Razi tak sempat menghubungi beliau. "

"Biasa.. ayahmu selalu sibuk di kantor. Sampai-sampai di hari penting seperti ini, dia tidak mau hadir bersama Ibu. Ibu bentar lagi sampai ini. "

Plakk.

Razi menepuk jidatnya keras.
Hari ini jadwal fitting baju untuk hari pernikahan nanti.

"Hmmm.. "

"Kenapa Zi?? "

"Ibu.. Kayaknya Razi belum bisa hari ini.. Begitupun Nia. "

"Lohh.. Gimana si?? Bukannya kalian yang memilih hari ini?? Kok malah gak bisa sendiri. "

"Ehehehe... Hari itu memang perhitungannya sudah tepat, tapi pada kenyataannya hari ini sampai beberapa hari ke depan baik aku ataupun Nia sama-sama punya pekerjaan di kampus. Dan untuk pilih-pilih baju bukankah itu bisa memakan waktu yang cukup lama?? Mungkin ini jadi solusi. Nanti Ibu sama tante Mia ke butik aja langsung untuk pilih baju sendiri.. Biar nanti aku sama Nia pergi bareng ke sana untuk pilih baju akadnya. Nunggu waktu senggang, syukur-syukur tugasnya kelar sekalian. Hehehe. "
Ucap Razi lega. Jujur saja ia merasa sangat berdosa telah membohongi wanita yang tak pernah mengajarinya untuk berbohong sedikitpun. Tapi mau bagaimana lagi?

' maafkan Razi Bu.... '

"Hhhh.. Sayang sekali.. Padahal Ibu juga pengin ketemu calon menantu Ibu.. Kangeeen banget. "

Razi melirik Nia.

Dan dia tengah menatapnya.

"Subhanallah... " ucap Razi kegirangan mendapati Nia telah sadar.

"Kenapa Zi...?? "

"Ehh.. Nggak papa Bu, tadi Razi kesandung batu. " Lagi-lagi Razi mengutuk kebohongan ucapannya.

"Ehh."

"Padahal baru beberapa waktu lalu ketemu.. Ibu lebay dehh. "

"Hahaha... Tapi jujur Ibu suka sekali melihat wajah Nia. Tampak manis dan tidak membosankan jika dipandang. Anaknya juga baik. Pantes kamu kepincut. Hahaha. "

Blusss

Kalimat Hanin benar-benar membuat Razi salah tingkah. Ia kembali melirik Nia yang telah tersadar dan kini tengah menatapnya. Ia ingin segera menjumpainya dan memastikan apakah keadaan Nia sudah benar-benar baik atau memang harus lebih lama menghabiskan waktu untuk pemulihan.

"Sudah dulu ya Bu... Nanti InsyaAllah telfon Ibu tek sambungkan ke Nia. "

"Oke... Cepet-cepet ya.. Ibu sudah nggak sabar. "

"Iya Ibu...dan Jangan lupa untuk selalu mendoakan kebaikan untuk kami... Semoga Allah melancarkan niat baik kami sampai pada titik akhirnya nanti. "

"Aamiin... Tidak pernah ibu lupa untuk mendoakan kebaikan-kebaikan untuk kalian... Kesayangan Ibu.. Sudah ya, ini Ibu sudah sampai di halaman rumah Nia.. Hati-hati.. Assalamu'alaikum.. "

The Way Of LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang