Senja hadir bersamaan dengan seruan adzan maghrib yang menggema keras hampir di setiap surau. Menyeru kepada semua manusia agar segera beranjak dari aktivitas dunia mereka, berbondong-bondong menghadiri panggilan yang amat menggetarkan itu.
Keadaan masih belum berubah.
Tak ada yang bisa diharapkan, semuanya berjalan diluar rencana. Perasaanku tengah tak karuan, bukan karena rencana kedatangan kak Razi kerumahku untuk meresmikan pinangannya malam ini. Tapi...bagaimana caraku menjelaskan semua ini pada kak Ibra??
Itu yang lebih aku khawatirkan.
Semua yang terjadi di rumah sakit itu seratus persen salah. Aku tidak yaqin dengan perempuan itu yang mengaku calon istrinya kak Ibra. Aku yaqin dia masih setia.
"Kak Danish tau ini Mi??"
Aku masih duduk kaku menatap wajah datarku dicermin. Tak sungguh-sungguh merasakan bahwa semua ini bukan mimpi, tapi kenyataan..!!
"Tau laaa..." jawab Ummi dengan senyumnya.
"Terus responnya apa??"
"Danish meresponnya baik, bahkan sangat bahagia dengan rencana ini.."
Haaa...tidak mungkin..
Aku tahu kak Danish......bagaimana dia bisa berubah pikiran begitu cepatnya??
Bukankah kak Danish tak menyukai kak Razi??
"Oohhh...Kak Danish tidak bisa pulang ya Mi???"
Ummi menyubit kecil pinggangku, membuatku sedikit terkejut."Auww.."
"Kamu sii...nanya gitu..."
"Kan Nia kangen Mii...."
Ummi justru pergi menghampiri ranjang, mengambil sebuah amplop putih besar, membawanya dan menyerahkannya padaku.
"Kakakmu sudah bahagia dengan Aisha, lagipula jarak antara Jakarta kesini lumayan jauh Ni....makanya dia hanya nitip ini sama Ummi..hadiah spesial untukmu. Pak pos yang memberikannya siang tadi."
Aku menerimanya dengan rasa bingung.
Hadiah dalam amplop??"Danish menyuruhmu untuk membukanya setelah acara selesai..."
Aku tak menjawab. Masih membolak balik amplop tipis yang dilem rapat.
Apakah kakak memberiku uang??
Ataukah hanya secarik kertas puisi??
Ohh...aku mengenal kakkaku, dia sangat alergi dengan puisi-puisi.
Lalu apa??
"Inget looo....jangan dibuka dulu..."
"Hhhh iya Mi...bakal Nia buka nanti."
Tangisku tak lagi kuluapkan. Percumaa...tidak akan mengubah semuanya. Toh aku sudah berjanji pada kak Danish, aku harus mulai bersikap dewasa, tidak hanya mementingkan ego sendiri.
Walaupun sangat..sangat terpaksa.
■■■■
RAZI POV
Sudah hampir masuk waktu maghrib.
Dan aku masih duduk santai menatap televisi yang menampilkan beberapa berita yang terjadi selama sepekan terakhir.
Banjir..
Longsor..
Kemudian mengungsi...
Hhh...kurang menarik sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Of LOVE
RomantizmNia tak tahu harus menyalahkan siapa, ketika cinta yang ia pilih dengan hati nuraninya tiba-tiba ditentang oleh kedua orangtuanya. Mereka bahkan tak segan membuang Nia jauh dari kehidupan mereka, jika Nia masih bersikukuh pada pilihannya. Acara lama...