Tak banyak yang kulihat.Kecuali hanya paman Bahar yang tengah duduk memegang kepala dikursi ruang tunggu ICU dan beberapa orang yang berlalu singkat.
Rumah sakit tengah lengang.
Aku melepaskan genggaman Haura, mempercepat langkah dan segera menghampiri paman.
"Paman.." sapaku mengelus pelan pundaknya.
Pria tua ini mendongak, menyadari kedatanganku dan langsung membawaku duduk disampingnya."Paman sudah kehabisan akal hendak menghubungi siapa. Baik Mia ataupun Ilyas sama-sama tak menjawab. Aku hanya meninggalkan pesan agar mereka segera datang."
Aku menelan ludah.
Apa hubungannya dengan mereka??
"Jadilah...kau yang kupaksa datang..."
"Apa yang terjadi?? "
"Nia tertimpa musibah Ib..."
Haura yang semula hanya menatapku acuh segera mengambil posisi disebelah paman. Wajahnya ikut panik.
"Bagaimana bisa??"
"Selepas mengantarmu ke balai kota, paman tak sengaja melihat kejanggalan di pos kamling desa. Ada seorang perempuan dan pria tengah berdua disana..."
Apa maksud paman???
Apa Nia...
"Jelas paman langsung memergokinya, melerai dan ternyata perempuan muda itu Nia. Dia bersama pemuda yang entah pamanpun tak pernah melihatnya."
"Lalu kenapa Nia bisa celaka..???" sergahku tak sabaran.
Paman mengambil nafas panjang, untuk kemudian melanjutkan.
"Pria itu menodong Nia dengan sebilah pisau tajam. Dendam menjadi alasannya. Entahlah...paman juga tidak tahu masalah itu. Dan saat paman berusaha menenangkannya, pria itu tetap kekeuh menggaet tubuh Nia..dan karena ketledoran paman, pisau itu mendarat mulus diperut Nia. Dia tak sadarkan diri Ib...itu yang membuat paman khawatir. Paman lengah, tidak bisa mencegahnya cepat. Ini salah paman.."
Paman kembali mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. Wajahnya pun sembab.
Aku belum bisa mencerna kronologi kecelakaan ini.
Nia gadis yang baik...kesalahan apa yang dia perbuat hingga menciptakan dendam sekuat itu??
"Lalu bagaimana kondisi kak Nia??" tanya Haura rusuh.
Dan aku masih tak bisa mempercayainya.
"Nia kritis Ra...sudah hampir setengah jam dia masuk ke ruang ICU dan hingga saat ini belum juga dokter pemeriksa keluar memberi kabar."
"Semua ini diluar kehendak kita. Yang terpenting doakan saja kebaikan untuk Nia...semoga dia bisa melewati masa kritisnya.." aku menyela, berusaha menenangkan ketegangan yang terjadi.
Walau jujur saja, aku begitu mencemaskannya.
Aku tahu betul Nia, walau hanya dari cerita-cerita Danish yang kudengar saat masih sering bersama.
Dan...Danish..
Dia berhak tahu apa yang menimpa Nia.
Aku sedikit mengambil jarak dari Haura yang masih menenangkan paman Bahar dengan usapan halusnya.
"Lalu, bagaimana dengan pria itu?? "
"Dia kabur dan paman tak sempat mengejar."
"Sudah menghubungi polisi?? "
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Of LOVE
RomanceNia tak tahu harus menyalahkan siapa, ketika cinta yang ia pilih dengan hati nuraninya tiba-tiba ditentang oleh kedua orangtuanya. Mereka bahkan tak segan membuang Nia jauh dari kehidupan mereka, jika Nia masih bersikukuh pada pilihannya. Acara lama...