part 18

16 1 0
                                    


IBRA POV

dubrakk..

Aku hampir saja memecahkan satu vas bunga kaca seukuran gayung yang berdiri tegak diatas meja saat menaiki tangga rumah sewa. Untung, tak sampai pecah. benda ringkih itu mendarat mulus diatas karpet tebal dibawahnya.

Biasanya Haura membantuku malakukan kegiatan yang masih sulit untuk kulakukan.
Tanganku masih sering tiba-tiba terasa ngilu,  membuat aktivitasku sering terganggu. Aku tak bisa leluasa melakukan banyak hal.

Kemana dia sekarang..??

Sudah malam juga.

Aku tak mendapati Haura ataupun Ayah berada di rumah. Sampai kesana kemari kelimpungan mencari mereka, aku lapar.

Ting tong

Mungkin itu mereka..

Eiitts...masa masuk kerumah sendiri pake pencet bel segala??

Hh..dipikir amat Ib?? Tinggal disamperin aja ngapa...

Aku melangkah mendekati pintu yang lumayan jauh dari dimana aku sekarang berada, membukanya, dan iya, aku mendapati seorang perempuan  berdiri dengan senyumnya yang selalu membuatku ingin tertawa.

"Ehh..hahahahahaha...."

"Ihh..kakak kenapa sii?? Ketawa lagi..."

Aku masih menahan tawa yang rasanya mulai berimbas  ke perutku yang semakin lama semakin keroncongan.

"Nggak papa..kakak suka aja kalo kamu tersenyum gitu. ."

"Hhhh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hhhh...nih Haura bawa mie ayam buat makan malam..kakak pasti udah jempalitan nahan lapar kan??"

"a..."

Aku hendak menyergahnya, tapi Haura lebih dulu  memotong ucapanku.

"Kakak ngak usah ngelak...kayak nggak biasanya aja, makan nasi sampai 3 porsinya Haura. Ckckckck...spesies manusia parasit yang selalu menyusahkan kehidupan habitat lain.."

"Ehh...adik tidak ada terimakasihnya sedikitpun kamu.."

"Hahahhahaa...iya kak...bercanda kok..yuk lahh makan..."

Iyain aja laa..lagipula perutku sudah benar- benar kehabisan isi.

"Ayah mana Ra??" tanyaku disela mengunyah rakus semangkuk mie ayam yang masih beruap.

"Ayah tadi pergi sama Haura..tapi pas mau pulang ada telfon dari kliennya suruh ke pabrik di Semarang.."

Kasihan Ayah,, gara-garaku beliau yang harus rela bolak-balik ke tempat kerjanya.

"Tangan kakak masih suka ngilu?"

Aku menatap perban yang masih melilit tanganku, rasanya butuh waktu lama untuk menunggunya kembali seperti semula..

The Way Of LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang