NIA POV
Aku masih terdiam sembari menatap beberapa gaun pernikahan syar'i yang tergantung rapi di depan sana, sambil membayangkan betapa lucunya aku saat memakainya ( suatu saat nanti).
Tak ada salahnya berkhayal kan??
Mataku masih membengkak, begitupun masih sesenggukan beberapa kali.
Dan Kak Danish tengah sibuk mengurus pembayaran di kasir.
Hening...aku menggenggam ponselku tanpa arti. Data kumatikan total.
Aku sedang tak ingin diganggu siapapun.
Sebetulnya tidak enak hati, aku selalu membawa kesedihanku pada kak Danish. Tapi mau kesiapa lagi kalau bukan dia..??
Lagipun dia tak pernah protes untuk mendengar semua kisahku. Justru ia sering memaksaku untuk bercerita.
Kepada Ummi ataupun Abah....Aku tak sanggup.
Kak Ibra...jelas tidak mungkin.
Atau kak Razi...ada Sarah yang selalu siap menerkamku kapan saja, seandainya dia tahu aku sering berkomunikasi dengannya.
Ya..padahal aku hanya sekedar bertukar pikir atau study kasus materi kuliah yang sulit untuk ku pikir sendiri. Karena dia seniorku di jurusan.
Lagipula masalahku saat ini tidak bisa disangkutpautkan dengannya."Tidak usah dipikirkan laah Ni...lagipun kau sudah meminta maaf kan??"
Aku mengangguk pelan, masih kosong menatap Gamis putih keemasan yang tampak lebih mencolok dibanding yang lainnya.
" kau mau baju itu??"
Aku melirik kak Danish, "kenapa kakak bilang begitu??"
"Lhaa...dari tadi kayanya liatin itu terus.."
Aku kembali diam. Dan kak Danish kembali pergi menemui salah satu pelayan butik, entah membicarakan masalah apa lagi, aku tak peduli.
Kututup mata dengan kedua tanganku, sejenak diam memikirkan hal-hal yang menyenangkan, seperti kalimat kak Ibra yang selalu membisik ditelingaku.
"Hadapi masalahmu dengan senyuman, jika masih terasa berat,
Alihkan ke bantal. Sejenak lupakan dengan bermimpi."Cukup membuat pikiranku tenang kembali.
"Ini Ni...kakak beliin buat kamu.." kak Danish menyodorkan sebuah tas berlogo butik Bu Dhea ini.
Haaahh..aku tersentak, menatap kak Danish selidik.
"Apaan itu?" aku masih belum menerima bungkusan itu.
"Kamu pengin kan?? Kakak beliin buat kado lamaranmu...nanti pas Acaramu dipakai ya..??"
Aku tak percaya, sebegitu perhatiannya kak Danish padaku.
"Kak Danish terlalu baik, entah kapan acaranya, tapi udah main beli baju saja.." ucapku sedikit tertawa.
Dia kembali duduk disampingku, memegang bahuku dan menghadapkan tubuhku padanya.
"Kakak pernah janji kan..akan selalu memperhatikan dan menjadikan Nia itu adik yang paling kakak sayang..."
Aku tersenyum geli menatap wajah comelnya.
"Dan...percayalah..Ibra pasti kembali..dia pasti akan pergi menemui Ummi Abah untuk memintamu..itu pasti."
Sedikit cerah perasaanku.
"Bersabar saja..Ibra pria yang bertanggungjawab..tidak mungkin akan mengingkari janjinya sendiri.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Of LOVE
RomanceNia tak tahu harus menyalahkan siapa, ketika cinta yang ia pilih dengan hati nuraninya tiba-tiba ditentang oleh kedua orangtuanya. Mereka bahkan tak segan membuang Nia jauh dari kehidupan mereka, jika Nia masih bersikukuh pada pilihannya. Acara lama...