Aku menatap jam dinding sebuah ruangan cukup besar yang sepertinya belum pernah kukunjungi.Sudah Ashar??
Aku segera bangkit, dan kulihat didepan sana berdiri seorang lelaki berpeci putih khasnya, menatap keluar jendela.
Lalu menyadari kesadaranku dan menghampirku diranjang.
"Abah...Nia ada dimana??"
"Masih digedung resepsi Danish nduk.."
Aku bingung, mendapati ruangan ini begitu sepi, hanya ada aku, Abah dan beberapa benda besar pelengkap ruangan.
"Kak Danish??"
"Dia sudah pergi ke Jakarta..hanya menitipkan salam untukmu..tidak bisa menungguimu terlalu lama."
Aku masih merasakan sedikit pening menjalar keseluruh bagian kepala.
"Dan Razi..minggu depan akan mengunjungi rumah kita, meresmikan pinangannya untukmu.." imbuh Abah yang serasa mengembalikan kesadaranku penuh.
Iya...aku baru menyadarinya...
Kak Ibra?? Bagaiamana kondisinya sekarang??
"Nia tidak bisa menerimanya Bah..."
Abah menatapku penuh tanya, dan aku tahu beliau pasti marah besar.
"Razi lelaki yang tepat untukmu Ni..Abah telah menyetujuinya penuh."
Aku menutup erat mataku, tak berani menatap sorot mata Abah. Hanya mendengar penuturan beliau yang terkesan begitu keras.
"Ni.."
"Abah sudah menentukan waktunya...kau tidak boleh mengelak..!!" sergah Abah memotong kalimatku.
"Tapi bah.."
Aku mengaku salah..!!
Berani menjawab setiap perkataan Abah.
Diluar langit tampak mendung. Menambah gelisah perasaanku.
Air mata mulai mendominasi, entah siapa yang harus kusalahkan...kak Ibrakah?? Yang datang terlambat?? Ataukah kak Razi yang tanpa persetujuanku datang memboyong keluarganya..
Kenapa secepat ini..??Kak Razi pernah mengatakan, dia akan datang pada orangtuaku setelah wisuda. Tapi apa!!
"Apa alasanmu menolak pinangannya?? Kau tahu sendiri..tidak baik menolak pinangan lelaki yang baik. Ada Qur'an dihatinya...masih mau menolak.!???!!!"
Aku membenarkan ucapaan Abah, kak Razi memang lelaki yang baik sepanjang aku mengenalnya. Tapi disisi lain tidak mungkin aku mengkhianati janjiku untuk kak Ibra.
Kak Danishh...seandainya kakak disini.
Bantu Nia kak....
"Ada lelaki lain yang lebih dulu meminang Nia Bah..." jawabku dengan tenggorokan tercekat.
entah berasal dari mana kekuatan ini, aku berani mengutarakannya.
"Siapa dia?? Kenapa tak meminta izin dulu ke Abah??"
Aku hanya terdiam, menatap lantai ruangan.
Didepanku, Abah tengah meluap-luap.Diposisi seperti ini aku harus tetap tenang.
"Siapa lelaki itu?? Hadapkan ke Abah...jika dia berani menghadap Abah sebelum Razi datang, dan dia memang baik untukmu.. Akan Abah pertimbangkan lagi"
Senyumku mengembang, masih ada harapan..
"Jika tidak..kau harus menerima Razi!! tidak usah beralasan!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Of LOVE
RomanceNia tak tahu harus menyalahkan siapa, ketika cinta yang ia pilih dengan hati nuraninya tiba-tiba ditentang oleh kedua orangtuanya. Mereka bahkan tak segan membuang Nia jauh dari kehidupan mereka, jika Nia masih bersikukuh pada pilihannya. Acara lama...