Chapter 32

1K 139 0
                                    

Makasih yang udah vote cerita ini yaa!
Enjoy! xx

xxxxxxxxxxxxxxxx

"Kau tau Estella, aku tidak kaget. Aku sudah pernah melihat tandamu sebelumnya saat kau tidur. Terimakasih sudah berkata jujur pada kami."

Aku tersenyum sedih dan menunduk. Aku makin merasa menjadi teman yang gagal. Aku menyembunyikan hal sebesar ini pada mereka. Tapi mereka masih bisa menerimaku.

"Bagaimana kalian bisa tergabung?" Blaise bertanya padaku.
"Draco dan Theo ikut orang tuanya, kalau tidak mereka akan dibunuh. Kalau aku sendiri, it's a long story." Aku menatap mereka bergantian dan memalingkan pandanganku.

"Aku bergabung atas kemauanku sendiri. Kalian tau sebenci apa aku dengan si Potter itu. Dia merebut segalanya. Merebut ayahku. Malam itu aku bertindak sesuai egoku. Aku juga berfikir sudah saatnya aku membalaskan Budi pada Aunt Bella. Tapi sekarang semuanya terasa salah. Theo menyadarkanku waktu itu. Dia membuka pandanganku."

".... Aku selalu melihat segalanya dari sudut pandangku sendiri. Aku tidak berfikir dampak yang akan ditimbulkan akibat pilihanku sendiri. Sekarang tidak ada jalan keluar. Aku Theo dan Draco akan terus mengikuti alur nya."

"I'm sorry Estella, come here" Pansy memelukku. Pelukan tulus dari Pansy dan usapan di pundak dari Blaise rasanya sangat menenangkan.

xxxxxxxxxxxxxxxx

Dan disinilah aku berada, di kamarku bersama Draco, cuddling. Setelah 1 bulan lebih aku tidak pulang, Draco berkali kali mengirimkanku surat sampai pada akhirnya, Aunt Cissy menyuruhku pulang karena Draco merengek padanya.

"Dracoo, aku harus menyelesaikan tugas yang diberikan si Carrow itu. Dia memberiku dan yang lainnya begitu banyak tugas."
"Tidak usah dikerjakan. Bilang saja pada Aunt Bella. Dia tidak akan berani."

"Bukan begitu cara mainnya Draco. Kau juga harus belajar supaya pintar. Apa kau tidak malu kalau istrimu nanti lebih pintar daripada kau sendiri?"
"Jadi kau sudah mau menikah denganku, Estella?"

"Bukan begitu maksudku. Sekarang awas dulu Draco. Aku ingin menyusul Theo juga, dia pasti sedang sendirian."
"Tidak. Dia sedang asik bersama si Loony itu."

"Yasudah aku ingin pergi menemui Aunt Cissy."
"Dia sedang berduaan dengan Father. Jangan diganggu."

"Yasudah, kalau begitu aku ingin-"
"Ingin berduaan denganku? Dengan senang hati Estella darling." Draco mengeratkan pelukannya padaku dan aku hanya bisa pasrah saja.

Tok..tok.. tok..
"Draco? Kau ada didalam? Bellatrix menyuruhmu turun kebawah. Kalau bisa, kau juga ikut kebawah Estella."

"Coming Theo! Thank you. Kau duluan Draco. Aku ingin merapihkan rambut dan bajuku terlebih dahulu."

Perasaanku kali ini tidak enak. Kenapa Aunt Bella memanggilku? Padahal kurasa dia tau kalau aku sedang bersama Draco sekarang. Dia tidak akan pernah menggangguku jika aku sedang bersama Draco. Aku menyisir rambutku dengan cepat dan kemudian turun kebawah. Tetapi aku berhenti di tangga begitu mendengar Uncle Lucius berteriak. Percayalah, saat Uncle Lucius marah, hanya Aunt Cissy yang bisa menenangkannya.

"Estella Darling, Kemarilah. Jangan malu, sayang" Aunt Bella memegang tanganku dan menuntunku ke arah seorang tawanan.

"Estella, perhatikan baik baik. Jika kita yang menyerahkan Potter pada pangeran
kegelapan, semuanya akan diampuni." Aku memandang Draco yang ada disampingku dan dia menatapku dalam. Aku tau tatapan itu.

"Sekarang, jika ia bukan sosok yang kita pikirkan dan kita memanggilnya, dia akan membunuh kita semua." Aunt Bella berkata dengan sedikit bisikan

"Ada apa dengan wajahnya? Yang kutahu si Potter tidak berwajah seperti ini."
"Ya, ada apa dengan wajahnya?" Aunt Bella bertanya

"Tidak tau, kami menemukannya sudah seperti itu. Kurasa terjadi sesuatu kepadanya di hutan."

Aku terus memperhatikan wajah orang yang ada di hadapanku ini. Sebetulnya aku tau dia adalah Potter. Tapi bagaimana aku bisa langsung begitu saja menyerahkannya? Aku tidak ingin membuat Uncle Moony, Fred, George, Aunt Molly dan yang lainnya kecewa lagi padaku.

"Estella, masukkan anak-anak itu ke ruang bawah tanah. Aku ingin mengobrol dengan yang ini, percakapan antargadis." Aku mengajak Draco untuk ikut denganku membawa si potter dan si rambut merah

"Theo, sudah kuduga kau ada disini. Minggir sebentar, ada dua orang yang akan menjadi teman barumu."
"Harry?" Luna membuka suaranya begitu melihat ada si Potter ini.

"Oh Luna? Apa kabar? Temanku ini memperlakukanmu dengan baik tidak?"
"Tentu saja dia selalu baik denganku."
"Kau dengar itu Estella." Aku memutar mataku mendengar sahutan Theo.

"Aaarrghhhhh!" Teriakan Si Granger. Apa yang Aunt Bella lakukan padanya kali ini. Aku Draco dan Theo langsung bergegas menghampiri sumber suara dan menitipkan ruang bawah tanah pada pettigrew.

"Bibimu mungkin gila, dia membuat ukiran 'mudblood' pada lengan si Granger itu." Bisik Theo pada aku dan Draco
"Bukan gila lagi Theo. Sangat gila." Draco menjawabnya dengan bisikan juga.

Aku merasakan seseorang ada di belakangku. Dan benar saja. "Aunt Bella awas!"

"Expelliarmus!"

Terlambat. Tongkat yang ada di genggaman Aunt Bella jatuh. Si kepala merah terus menerus menyerang dengan tongkatnya.

Si kepala merah terus menerus melakukan penyerangan dengan tongkatnya.

'stupefy'
Tubuhku terlempar karena aku menghalangi si Potter untuk menyerang Draco.

"Stop! Drop your wand!" Aunt Bella sudah meletakkan tongkatnya pada leher si Granger.
"Kubilang jatuhkan!" Mereka berdua menjatuhkan tomgkat mereka

"Estella, are you allright?"
"I'm fine Aunty."
"Good. Ambil tongkat mereka, Sekarang!" Aku langsung bergegas mengambil tongkat si Potter dan si kepala merah.

"Astaga, lihat apa yang kita punya disini. Itu Harry Potter"
"Dia cerah, bersinar dan baru lagi.  Tepat waktunya untuk pangeran kegelapan. Panggil dia."
Uncle Lucius langsung menarik lengan bajunya dan berniat untuk memanggil the dark Lord.

"Estella awas!"
Prangg
Lampu gantung yang berada tidak jauh diatasku jatuh begitu saja. Itu ulah Dobby. Tongkat yang ada di genggamanku dirampas paksa oleh si Potter itu. Aku langsung berdiri dan mengacungkan tongkatku.

'stupefy'
Tubuhku terlempar jauh dan mendarat diatas kaca. Shit, this is hurt af.
Draco dan Theo langsung menghampiriku
"You allright, Dear?"
"Kau pikir sendiri saja Draco." Theo dan Draco memapahku untuk pergi ke kamar.

"Stupid elf. Kau bisa saja membunuhku!" Samar samar aku mendengar Aunt Bella berteriak marah.

"Estella, bibimu sangat seram jika sedang marah." Theo bergidik ngeri ke arahku
"Jangan banyak bicara. Tolong ambilkan Dittany di laci meja riasku." Theo langsung mengambilkannya dan memberikan pada Draco.

"Kurasa pacarmu juga sudah ikut kabur bersama si Potter itu." Kata Draco sambil meneteskan Dittany pada lukaku.
"Aw, pelan pelan Draco." Draco membalasnya dengan usapan di kepalaku.

"Kurasa, lebih baik baginya untuk pergi dari sini. Maksudku, aku senang dia ada dekat denganku. Tapi, dia disini karena dia diculik. Bisa saja sewaktu waktu dia disiksa bukan?"

"Astaga, Theo kita sudah besar, Draco. Aw, fck you Theo!" Theo dengan sengaja menekan lukaku dengan kencang. Dan dibalas dengan tawa kencang olehnya.

Tbc.....
xxxxxxxxxxxxxxxx

Hii, sedikit lagi ending nih

Don't forget to Vote!
Kesalahan penulisan adalah milik saya.
Alur cerita tidak sepenuhnya mengikuti cerita Harry Potter.

See you in the next episode!
Stay safe!

13.07.21

IF ONLY  [Malfoy x Black]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang