Empat puluh enam

305 31 0
                                    

"Kasus ini menjadi titik terang dari kasus menghilangnya kapten pilot beberapa tahun silam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kasus ini menjadi titik terang dari kasus menghilangnya kapten pilot beberapa tahun silam. Penyelidikan sudah mulai dilakukan. Satu persatu kasus menemui titik terang. Hal ini juga mengungkap bisnis senjata api ilegal yang menjamur karena sulitnya mendeteksi jaringan perdagangannya."

Suara televisi memenuhi lantai satu rumah Aluna yang pagi itu harusnya sepi seperti biasanya. Beberapa tamu yang diminta untuk menganggap rumah tersebut sebagai rumahnya sendiri mulai menguasai ruang keluarga yang mempunyai televisi di dalamnya setelah mereka sarapan. Sekitar tiga orang yang berkunjung kali ini padahal biasanya lebih daripada itu. Kedatangan mereka membawa suasana yang baru setelah sekitar seminggu televisi di rumah Aluna tidak ada yang berani untuk menyalakannya.

"Maaf, Mbak. Selama beberapa waktu, televisi dilarang dinyalakan di rumah ini." Salah satu pelayan menegur mereka bertiga.

"Kenapa?" tanya satu orang diantara mereka yang nampaknya belum mengetahui apa yang terjadi. Dua orang di sebelahnya sama-sama menyenggol perempuan berambut pendek itu, memberi kode agar ia segera tutup mulut.

"Apa?" tanyanya dengan bingung.

"Tidak masalah. Silahkan anggap rumah kalian sendiri. Maaf membuat kalian menunggu. Saya akan mengambil laptop sebentar." Aluna yang baru saja sampai di lantai satu lantas berbicara sambil tersenyum manis pada rekan timnya. Sebelum akhirnya ia kembali menghilang, memasuki ruangan yang bersebelahan dengan ruang keluarga.

"Kenapa?" tanya perempuan berambut pendek itu, enggan menyerah karena rasa penasarannya.

"Ck." Perempuan berambut panjang rada kecoklatan di sebelahnya berdecak kesal. Ia lalu menjawab setengah berbisik, "kamu enggak tahu? Kapten pilot yang menghilang dan kini menyerahkan diri itu adalah suaminya Mbak Aluna."

"Kamu nih enggak lihat berita, ya? Lagipula anggota tim yang lain sering membicarakan ini." Satu perempuan lagi yang rambutnya berwarna hitam pekat ikut menimpali.

"Iya, itu suami saya. Kenapa memangnya?" ujar Aluna tanpa ragu sedikitpun hingga membuat ketiganya bungkam. Bahkan kala Aluna telah mengambil posisi untuk duduk diantara mereka, perempuan berambut panjang kecoklatan itu justru mematikan televisi.

Aluna pura-pura tidak mengetahuinya. Ia tidak menggubris hal itu dan lebih memilih fokus untuk menyalakan laptopnya. Juga membuka lembaran buku sketsanya yang beberapa hari lalu ide terbarunya telah rampung.

"Jadi, apa yang mau kalian sampaikan selain mengenai bahan yang saya sarankan dan soal ide terbaru saya?" tanya Aluna untuk memulai perbincangan diantara mereka mengenai urusan pekerjaan.

Ketiga gadis itu saling melempar pandangan. Cukup lama mereka terdiam, hanya saling menyenggol lengan satu sama lain, tidak ingin menjawab.

"Bicara saja. Saya tidak pernah mempermasalahkan saran kalian. Kita cari jalan keluarnya sama-sama," ucap Aluna dengan lembut dan penuh ketegasan.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang