"Hari ini Nona Aluna harus fitting baju pengantin."
Aluna menghela napas panjang. Ia harus menurut saat Bi Nah menarik tubuhnya untuk beranjak dari kasur menuju kamar mandi dan segera mandi. Rasa malas meliputi diri Aluna sejak pagi-pagi sekali ia membuka mata. Ia enggan beranjak dari tempat tidur setelah beberapa bulan terakhir disibukkan untuk persiapan pernikahan.
Mulai dari pertemuan keluarga, lamaran, foto prewedding, bahkan mencari cincin pernikahan pun ia dipaksa ikut. Setelah menentukan bahwa pernikahan akan diadakan di rumah Aluna dengan bantuan wedding organizer agar mempersingkat waktu persiapan sekalipun akad akan diadakan tertutup dan resepsi akan dilakukan kecil-kecilan. Rasanya Aluna sudah enggan ikut campur. Namun beberapa kali mamanya datang menghampiri Aluna hanya untuk menasehatinya panjang lebar agar turut antusias pada pernikahan yang bahkan terlalu mengejutkan untuknya.
Menurut Aluna, tidak seharusnya mamanya menasehatinya seperti itu mengingat persiapan lebih banyak dilakukan oleh pihak keluarga Fatih dibandingkan Mama dan Papa Aluna yang masih disibukkan oleh pekerjaan mereka.
Namun lebih daripada itu, ada yang membuat Aluna ingin marah tetapi tidak mampu berbuat apa-apa.
"Mama bahkan enggak kasih kesempatan untuk Aluna kuliah! Jadi untuk apa nanya ke Aluna soal gaun pengantin?! Pilih semau Mama aja, seperti biasa," protes Aluna saat dirinya sudah sampai di ruang makan dan bertemu kedua orang tuanya di sana.
"Aluna, jaga bicara kamu!" Lagi-lagi, papanya memarahi Aluna.
Nafsu makan Aluna yang meningkat di hari-hari terakhir masa SMA nya kini kembali menurun selepas tahu bahwa dirinya harus melangsungkan pernikahan tanpa diberi kesempatan untuk kuliah lebih dulu. Dugaan bahwa dirinya memang benar-benar dibuang adalah dugaan terkuat yang Aluna bisa pikirkan sekarang setelah mamanya tidak pernah memberikan penjelasan satupun padanya.
"Kamu bisa kuliah setelah menikah nanti Aluna." Akhirnya mamanya menjawab Aluna. Namun sebab terlalu kesal, Aluna tidak mengacuhkannya. Ia justru keluar dari rumah begitu saja untuk masuk ke mobil dan segera berangkat bersama Mang Udin.
"Bibi," panggil mamanya Aluna pada Bi Nah yang membuat Bi Nah langsung menghampirinya dengan terbirit-birit.
"Iya, Nyonya?" jawabnya setelah tiba di sebelah Nyonya besarnya.
"Fatih fitting baju di hari yang berbeda dengan Aluna, kan?" tanyanya yang lantas diangguki oleh Bi Nah. "Panggil Fatih selepas dia flight. Saya ingin bicara."
"Baik, Nyonya."
***
"Terakhir flight kemana, Tih?"
Sekitar jam sembilan malam Fatih datang ke rumah Aluna setelah mendapat panggilan dari Bi Nah. Ia duduk bersebelahan dengan mamanya Aluna di teras rumah keluarganya. Awalnya Fatih mengajak mamanya Aluna untuk bicara di dalam saja karena khawatir calon mertuanya itu akan sakit terkena angin malam. Namun mamanya Aluna yang diketahui bernama Wanda Alexandria itu menolak. Beliau mewanti-wanti agar Aluna jangan sampai mendengar pembicaraan mereka meskipun Bi Nah mengatakan bahwa Aluna sudah tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ALONE
Misteri / ThrillerSelf Injury, antisosial, dan trauma masa lalu semua itu Aluna miliki. Begitu banyak hal yang ia lupakan perihal masa lalu demi menjaga hari-harinya di masa kini agar tidak semakin terasa berat. Kesendirian, kesepian, serta kehilangan mampu membawany...