End: Season 1

1K 40 0
                                    

"Aluna," gumam Rolf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aluna," gumam Rolf. Ia lantas bertanya, "ada apa ke sini?"

Namanya juga Aluna Zafaca. Tiga kali bertemu dengan istri sahabatnya itu, tidak sekalipun Rolf melihat senyum di wajah Aluna — bahkan ketika di pernikahannya. Sorot mata yang selalu berkilat tajam seolah tidak mengizinkan lawan bicaranya mengelak untuk tidak menjawab setiap pertanyaan yang keluar dari mulutnya serupa intimidasi. Langkah kaki Aluna yang semakin mendekat membuat suara yang cukup keras akibat sepatunya yang bersentuhan dengan lantai.

"Mencari Fatih, tentu saja." Aluna menjawab tanpa keraguan sedikitpun. Matanya memicing begitu jarak antara dirinya dan Rolf hanya dipisahkan oleh meja kerja lelaki itu. "Kamu satu-satunya sahabat Kafa."

Rolf meraup wajahnya dengan frustasi. Ia memang sudah menduga bahwa dirinya akan didatangi Aluna sebagaimana sebelumnya Rolf dimintai kesaksian oleh pihak kepolisian mengenai keberadaan Fatih. Rolfie selaku orang yang memiliki hubungan yang cukup akrab dengan Fatih tentu saja akan menjadi orang-orang pertama yang dicurigai.

"Saya enggak tahu apa-apa, Aluna. Sudah berapa banyak orang menanyakan itu pada saya padahal jawabannya tetap sama; saya tidak tahu apa-apa," ujar Rolfie dengan wajah yang nampak sangat kelelahan. Kelopak matanya terkulai tidak bertenaga. Sepertinya Rolfie memang mempunyai banyak urusan yang membuatnya harus terus membuka mata hingga kelelahan.

Tetapi meskipun begitu, Aluna tidak mempermudah intimidasinya sampai dirinya benar-benar percaya bahwa Rolf tidak berbohong. "Saya tidak percaya. Jangan sembunyikan Kafa, Rolf. Kamu bisa saya laporkan jika benar adanya."

"Ya Tuhan ..., Aluna. Gue enggak bohong. Ngapain juga gue bohong sih? Bahkan kalau saat ini Fatih muncul di hadapan gue, gue bakal pukul tuh orang karena bikin orang-orang kelimpungan cuma buat nyari dia doang. Sok banget penting, idih." Sudah lelah disalahpahami membuat Rolf tidak mampu menjaga tutur katanya lagi agar lebih sopan seperti biasanya ia berhadapan dengan rekan bisnis. Bahasa yang digunakannya tidak lagi baku. Justru informal dan santai hingga terdengar lebih akrab dengan Aluna.

Mengacak rambut dengan kasar, berdecak kesal lalu menggertakkan giginya membuat Aluna mengerti bahwa Rolfie saat ini tidak berbohong. Ia justru sedang kalut karena selain mencemaskan sahabatnya, ia juga harus mengurusi kekacauan perusahaannya dan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang tertuju untuknya dalam kasus Fatih.

Berita seorang pilot yang menghilang tanpa jejak tentunya sangat menarik perhatian bagi siapapun yang mengetahuinya. Semua rasa penasaran membuat para wartawan dengan sukarela mendatangi setiap orang yang bisa dimintai keterangan. Karena bila mereka mendapatkan jawaban dari kasus tersebut, tentunya itu akan sangat menguntungkan mengingat masyarakat juga ingin mengetahui hal itu.

Rolfie pasti lelah.

Sebagaimana Aluna yang sudah berusaha semampunya namun tidak menjumpai hasil yang diinginkan. Ia juga kelelahan.

Aluna menarik kursi dengan tangan kanannya lalu mendudukinya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu menyilangkan kakinya sambil menatap Rolf dengan lekat hingga membuat yang ditatap terlihat semakin merasa frustasi.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang