Dua belas

1.6K 87 3
                                    

Perlahan, Rafi membuka matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan, Rafi membuka matanya. Rasa nyeri tiba-tiba menyerang dirinya sewaktu kesadarannya telah kembali sepenuhnya. Sesuatu yang kental berwarna merah terasa membasahi ujung bibirnya. Kedua mata yang terasa nyeri hingga menimbulkan rasa pusing di kepalanya. Pun dengan hidungnya yang berdenyut sebab rasa sakit seperti habis dipukuli.

Untuk itu, Rafi mencoba menggerakkan tangannya. Paling tidak, ia ingin menyingkirkan darah di ujung bibirnya yang terasa mengganggu. Namun gerakannya terhambat. Ia baru menyadari bahwa kedua tangannya mengarah ke belakang kursi yang didudukinya dengan kondisi terikat. Ia juga baru menyadari bahwa kedua kakinya pun dalam keadaan yang sama.

Ringisan kesakitan keluar dari mulut Rafi sewaktu dirinya mencoba melepaskan diri dari ikatan tali tersebut. Tubuhnya terasa habis seperti dikeroyok hingga remuk.

Rafi mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat saat ini ia berada. Gelap, terasa dingin, serta banyak barang-barang rusak yang mengisi ruangan tersebut. Ia sampai tidak bisa menebak ruangan tersebut adalah gudang atau memang rumah yang terbengkalai.

"Siapa yang ngiket gue, woy! Buruan buka!" Rasa cemas yang memenuhi perasaan Rafi membuatnya bertindak gegabah dengan berteriak. "Maju lo kalau berani!"

"Diem lo! Enggak ada gunanya lo berisik kayak gitu! Lebih baik pikirin gimana caranya keluar dari tempat bau ini."

Rafi terlonjak kaget begitu mendengar sahutan dari suaranya. Ia tidak melihat satupun manusia di sana. Lalu berkat sahutan itu pula, Rafi baru menyadari bahwa ruangan yang ditempatinya bukan hanya gelap dan berantakan. Melainkan juga berbau anyir darah.

"Siapa lo?!" teriak Rafi dengan takut-takut. Pikirannya mulai bercabang kemana-mana bahwa sampai berpikir bahwa dirinya disekap oleh makhluk tak kasat mata sejenis hantu.

"Diem! Berisik banget sih lo, Fi. Ini gue Zav sama Zivan. Sekitar setengah jam yang lalu gue sadar dan ternyata Zivan udah sadar lebih dulu. Gue sama Zivan juga enggak tau kita dimana." Terdengar sahutan lagi.

Setelah itu, terdengar suara yang lain daripada sebelumnya yang sampai ke telinga Rafi. Ia langsung menduga bahwa itu adalah suara Zivan mengingat sebelumnya orang itu mengaku sebagai Zav dan mengatakan bahwa dirinya bersama Zivan. Posisi saling membelakangi seperti sekarang ini memang terasa menyulitkan untuknya. "Kita disekap. Ada orang-orang berotot yang ngawasin kita di depan sana dan siap ngelumpuhin kita lagi kalau kita enggak bisa diam ataupun berniat melarikan diri."

"Darimana lo tau?" tanya Rafi. Ia masih tidak bisa sepenuhnya percaya bahwa dua orang dibelakangnya adalah orang yang satu sekolah dengannya.

"Zav tadi buat keributan kayak lo. Dia berhasil ngelepas ikatan di kakinya. Terus ada satu orang yang masuk dan berhasil ditendang. Enggak lama setelahnya, banyak orang sejenis dia yang masuk dan bawa orang yang pingsan itu keluar. Sayangnya, kaki Zav diikat lagi dengan lebih kencang." Sekali lagi Rafi menebak bahwa yang berbicara kali ini adalah Zivan.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang