Tiga belas

1.5K 86 1
                                    

"Argh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Argh!"

Fatih membuka masker hitamnya yang sejak tadi membuat napasnya terasa sedikit sesak apalagi sewaktu berada di ruangan yang terasa sempit dan sesak sebelumnya. Ia mengacak rambutnya dengan frustasi lalu menerima beberapa helai tisu yang diberikan oleh beberapa anak buah Rolfie. Ia bahkan mengambil air minum yang saat itu Rolf sodorkan padanya.

"Lo enggak ngapa-ngapain mereka, kan?" Rolfie bertanya dengan cemas.

Fatih yang sedang meneguk air minumnya hingga tersisa setengah botol airnya hanya mengangkat kedua bahunya. Barulah selepas dia minum, ia berbicara, "obati mereka. Rawat mereka dengan perawatan terbaik. Saya akan membayar berapapun biayanya. Pastikan mereka sembuh dan suruh mereka tutup mulut seperti janji mereka."

Setelah mengucapkan itu, Fatih beranjak dari sana meninggalkan Rolf yang termenung di tempatnya. Ia menepuk pundak salah satu anak buahnya selepas sadar dari lamunan. Dengan cepat, Rolfie berjalan menuju sebuah ruangan tempat yang sebelumnya Fatih masuki. Ia melongok ke dalam sebentar sebelum akhirnya rahangnya mengeras.

"Brengsek!" sumpah serapahnya. Ia langsung memberikan perintahnya pada anak buahnya. "Urus mereka!"

Rolf bergegas menyusul Fatih yang sudah sekitar sepuluh langkah darinya. Ia berlari lalu menarik bahu Fatih hingga mau tidak mau Fatih berbalik dan menghadap Rolf.

"Gimana bisa lo mikir mereka yang nyembunyiin Aluna? Lo enggak waras, ya?" Rolfie tidak bisa menahan gejolak amarahnya. "Itu anak-anak masih pada SMA. Kalau tuh anak ngelaporin lo ke polisi terus lo dipenjara gimana?"

"Laporin aja. Gue enggak bakal berontak," jawab Fatih yang sepertinya sudah putus asa.

Rolfie berdecak. Fatih yang mempunyai masalah, hidup Rolf yang ikut-ikutan terasa berantakan. Bila Fatih dilaporkan ke kantor polisi, tentunya perusahaannya juga akan ikut terbawa mengingat anak buahnya lah yang menculik ketiga anak SMA tadi.

"Otak lo ditaruh mana Aksa Fatih Adhitama?! Semua orang juga kalau ada di posisi lo bakal mikir kalau Aluna sama Alan. Lo punya otak tapi enggak dipakai buat apa? Nerbangin pesawat mah bisa giliran kehilangan cewek malah kayak orang enggak punya otak!" Kasar memang. Namun begitulah cara Rolfie untuk menegur sahabatnya supaya cepat-cepat sadar.

Fatih langsung terdiam ditempatnya sewaktu mendengar ucapan Rolf. Kedua matanya sempat menoleh pada anak buah Rolf yang sedang bergegas menggotong tubuh tiga remaja tadi ke dalam mobil untuk di bawa ke rumah sakit sebelum akhirnya kembali melihat Rolfie.

"Lo bener."

***

Fatih menatap sebuah bangunan di hadapannya yang masih bercahaya padahal bangunan di sekelilingnya sudah gelap gulita. Ia melirik jam tangannya yang menunjukkan jam sebelas malam. Hari sudah larut namun tempat itu masih saja ramai dipenuhi oleh orang-orang.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang