Tujuh

2.6K 120 1
                                    

"Saya tidak merasakan perubahan apa-apa setelah bertunangan dengan Fatih," ungkap Aluna pagi itu saat ia tengah duduk di meja makan pada Bi Nah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya tidak merasakan perubahan apa-apa setelah bertunangan dengan Fatih," ungkap Aluna pagi itu saat ia tengah duduk di meja makan pada Bi Nah. Padahal jarak mereka terhitung cukup jauh karena saat ini Bi Nah tengah berada di dapur. Tetapi suasana rumah yang sepi membuat pembicaraan tersebut terdengar jelas.

Bi Nah diam-diam tersenyum dari dapur. Mungkin Aluna memang tidak menyadari perubahan yang terjadi dalam dirinya. Namun Bi Nah selaku orang yang sejak dulu mengurus Aluna, ia tahu bahwa banyak perubahan dalam diri Aluna yang mengarah pada hal positif selepas dirinya bertunangan dengan Fatih.

Aluna menjadi lebih banyak bicara, lebih jarang menyakiti diri, dan jarang mengunci dirinya di kamar. Bahkan pagi ini, tanpa diminta, Aluna sudah turun ke ruang makan untuk sarapan. Padahal biasanya, untuk keluar kamar pun Aluna sulit melakukannya. Pun dengan emosi Aluna yang sepertinya lebih terkendali. Meskipun sesekali masih merajuk, tetapi Aluna menjadi lebih jarang marah seperti biasanya yang sampai membanting-banting barang miliknya.

Sekalipun orang tua Aluna tidak mengetahui perkembangan anak satu-satunya ini, tetapi Bi Nah sebenarnya tidak pernah absen untuk memberitahu kepada mereka perihal kondisi dan pertumbuhan Aluna sedari kecil hingga sekarang.

"Nona tidak perlu terlalu memikirkan hal itu. Kalau Nona senang, maka tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan." Bibi menjawab dari dapur.

Sebagai orang yang bekerja berpuluh-puluh tahun di rumah keluarga Aluna, Bi Nah sangat tahu bila ada pembicaraan seperti ini bukan hanya si pembicara dan lawan bicaranya yang mendengar. Tetapi banyak pasang telinga yang terbuka untuk ikut mendengar obrolan mereka saking penasarannya dengan keluarga misterius tempat dimana mereka dipekerjakan. Siapa lagi kalau bukan para pelayan orangnya. Mereka yang bertugas membersihkan rumah tidak hanya menjalankan tugasnya. Tetapi juga tidak lepas dari rasa penasaran untuk mendengar setiap obrolan yang bisa mereka dengar. Oleh sebab itu, Bi Nah selalu menjaga setiap pembicaraannya dengan siapapun karena sebenarnya Bi Nah yang bekerja berpuluh-puluh tahun juga adalah kunci dari setiap rasa penasaran mereka.

Semua yang terjadi di rumah ini, tentu saja Bi Nah ketahui. Mungkin seandainya Aluna tahu hal ini, ia tidak perlu lagi mencari-cari penjelasan di tempat lain karena Bi Nah sudah tahu jawabannya.

Sayangnya, bagi Aluna, semua pelayan maupun pembantu rumah tangga yang bertugas mengurus rumah dan memasak makanan tidak lain hanyalah orang yang digaji oleh kedua orang tuanya. Tidak lebih dan tidak kurang.

"Saya hari ini ada kerja kelompok. Bilang ke Mang Udin untuk siapkan mobil. Saya siap-siap dulu," ucap Aluna yang kemudian pergi dari ruang makan menuju kamarnya.

"Baik, Nona." Bi Nah menjawab. Ia berjalan keluar dari dapur menuju ruang makan. Niatnya untuk membereskan piring dan gelas yang digunakan Aluna untuk makan. Namun gerakannya terhenti saat sepiring nasi goreng yang ia siapkan justru tidak tersentuh sedikitpun. Hanya segelas susu hangat yang isinya tinggal setengah.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang