Tiga puluh tiga

3.6K 85 0
                                    

"Nona, apa tidak berbahaya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nona, apa tidak berbahaya?"

Mungkin kalau dari pandangan Mang Udin, tempat yang mereka datangi hanya seonggok bangunan tak berpenghuni yang kotor, bau, dan berantakan. Bahkan terdapat puntung rokok dengan plastik-plastik yang telah kosong seperti sempat diisi oleh minuman sebelumnya yang menandakan bahwa ada orang yang juga menjadikan bangunan kosong itu untuk tempat nongkrong — meskipun hanya didepannya saja.

Terakhir Aluna datang ke kafe Lanza, suasananya masih ramai, bersih dan terurus serta masih beroperasi dengan baik sebagaimana seharusnya. Bahkan kala di malam hari berganti dengan bar Lanza pun, bukannya mengurangi jumlah pengunjung, tempat itu malah semakin ramai. Perbedaan yang terlalu kentara dari satu tempat yang sama itu membuat Aluna sendiri tidak memahami maksud Alan membangun tempat semacam ini.

Kedatangan Aluna hari ini —tepat pukul satu siang adalah untuk mencari Alan. Ia ingin mengorek informasi dari lelaki itu mengenai hilangnya Fatih karena terakhir kali yang Aluna ingat adalah Fatih bersama dengan Alan. Sekelebat bayangan tiba-tiba muncul di kepala Aluna. Bayang-bayang Fatih malam itu yang berdiri menghadap Alan dengan wajah penuh luka. Namun lebih daripada itu semua, ada satu hal yang membuat pikiran Aluna selalu mengarah pada hal negatif.

Pistol di balik punggung Fatih.

Apa yang akan lelaki itu lakukan sampai-sampai membawa senjata —yang bahkan tidak diizinkan peredarannya — ke bar Lanza malam itu?

Lalu apakah alasan Fatih tidak kembali disebabkan oleh sesuatu yang terjadi malam itu?

Sayangnya, semua pertanyaan yang ingin Aluna tanyakan pada Alan harus dipendamnya dalam-dalam sewaktu melihat sendiri kondisi tempat satu-satunya Aluna menemui Alan. Jangankan bertemu Alan, bertemu pekerja di dalamnya saja tidak. Semuanya kosong tanpa ada satupun pekerja. Pupus harapan Aluna. Bahkan sempat terbesit untuk dirinya melaporkan hal itu ke polisi namun ia tidak mempunyai bukti apa-apa. Ia juga sama tidak tahunya mengenai keberadaan Fatih. Apalagi setelah peringatan dari papanya bahwa dirinya tidak perlu terlibat dengan penyelidikan Fatih karena pihak kepolisian dan keluarga Fatih sudah memahami bahwa Aluna tidak bisa memberikan keterangan apa-apa.

Aluna pun tidak bisa berbohong bahwa sempat terbesit rasa takut dalam dirinya. Ia menyimpan ketakutan kalau-kalau menghilangnya Fatih benar-benar berhubungan dengan tindakan kriminal. Bukan takut karena namanya mungkin akan terseret menjadi saksi. Melainkan takut bila Fatih lah yang menjadi pelopor dari semua tindakan kriminal itu mengingat senpi — senjata api — yang dibawanya.

Kendati demikian, Aluna tidak diam saja. Kedatangannya ke Lanza selain untuk mencari Fatih —yang ternyata tidak ada, juga untuk mencari bukti agar bisa dilaporkan ke polisi. Siapa tahu ada kejadian yang terekam oleh CCTV malam itu. Bila ia mendapatkannya, paling tidak ia akan mengetahui jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaannya.

"Nona, jangan."

Bahkan kala Mang Udin mencegah Aluna, ia tetap menerobos pintu masuk Lanza. Harapannya, ada sisa-sisa peristiwa yang terjadi malam itu mengingat Aluna juga sempat melihat pecahan-pecahan kaca berserakan di lantai dengan kursi dan meja yang berantakan.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang