Empat puluh empat

273 25 1
                                    

"Kamu 'kan bisa beli ini di sana, kenapa harus ke Jakarta cuma buat beli es krim?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu 'kan bisa beli ini di sana, kenapa harus ke Jakarta cuma buat beli es krim?"

Di tengah kesibukannya mengurus pekerjaan, tiba-tiba saja Rudi mendapatkan telepon dari Aluna yang minta ditemani untuk makan es krim. Lokasi toko yang tidak pernah berubah sejak dua puluh lima tahun yang lalu itu membuat baik Aluna maupun Rudi sudah hafal betul dengan tempatnya.

"Aluna kangen rasa yang di toko ini," jawab Aluna dengan asal.

Meskipun Rudi tidak tahu perbedaan rasa yang dimaksud Aluna itu seperti apa, ia hanya tersenyum melihat Aluna yang asik menghabiskan eskrimnya. Ia seperti kembali mengenang masa lalu, masa-masa bersama istrinya kala Aluna masih kecil.

"Enak loh, Pah," ujar Aluna yang sama saja mengatakan bahwa Rudi juga harus mencoba untuk mengetahui seenak apa rasa eskrim yang dimakannya.

"Umur Papa sudah tidak cocok untuk makan makanan yang seperti itu. Ngilu," cetus Rudi dengan terus terang hingga membuat Aluna tertawa geli.

Di tengah-tengah dirinya yang menghabiskan eskrim, Aluna melanjutkan perbincangan hangat dengan Rudi, "bagaimana kondisi Papa? Aluna dengar dari dokter Adnan, Papa sering jatuh sakit karena kelelahan. Papa jangan terlalu memforsir diri. Juga jangan sering-sering datang ke rumah Aluna. Biar Aluna yang ke sini."

"Wah, jadi kamu sudah sekongkol dengan dokter Adnan? Kalau begitu, Papa akan menyembunyikannya lebih baik." Rudi setengah bercanda. Ia mengambil tisu untuk mengelap wajah Aluna yang terlihat sedikit kotor karena eskrim. Sekali lagi ia tertawa sebab teringat masa lalu.

"Jangan, Pah." Aluna justru terlihat serius dalam menanggapinya. "Aluna juga mau tahu kabar Papa."

"Kamu bisa menanyakannya langsung pada Papa, kan?" Rudi menimpalinya.

"Papa pasti akan berbohong dan mengatakan bahwa Papa selalu baik-baik saja," ujar Aluna, tepat sasaran. Ia yang berbicara santai dan tanpa ragu mengatakan kebenarannya membuat Rudi sempat tertegun sebelum akhirnya tersenyum pada Aluna tanpa memberikan sahutan lagi.

Untuk sesaat, Rudi membiarkan Aluna asik menghabiskan eskrimnya. Ia baru bicara setelah beberapa menit terlewati, "kamu benar-benar datang ke sini hanya untuk ini?" Rudi masih meragukan.

Aluna mengalihkan fokusnya pada Rudi. Ia memasukkan sendok eskrim ke dalam mulutnya sekali lagi lalu menjawab, "sekalian ke dokter tadi."

"Ke dokter? Kamu sakit?" Rudi melontarkan pertanyaan dengan bertubi-tubi. Wajahnya mengerut karena cemas.

Aluna memberikan gelengan pelan. Ia meletakkan sendoknya ke dalam cup eskrim yang sudah tersisa setengahnya. Perlahan-lahan, kedua sudut bibirnya terangkat hingga membentuk lengkungan senyum.

"Aluna hamil," ungkapnya.

Saking terkejutnya Rudi dengan ucapan putri satu-satunya, ia sampai tidak berkutik dan hanya mengerjap berkali-kali sebab kebingungan. Kemudian berbicara dengan terbata-bata, "ka-kamu ha-mil? Ba-bagaimana bisa?"

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang