Empat puluh tujuh

322 25 2
                                    

"Aluna mana, Bi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aluna mana, Bi?"

Pagi-pagi sekali, Neta sudah berada di rumah Aluna. Ia menuju dapur untuk mengambil air minum dan melontarkan pertanyaan barusan kepada Bi Nah. Matanya tidak berhenti menelusuri bagian rumah Aluna yang dilewatinya untuk mencari si pemiliknya yang tidak kunjung terlihat.

"Saya juga belum lihat lagi. Tapi tadi saya lihat Nona sudah bangun. Makanya saya siapkan sarapan," jawab Bi Nah yang membuat Aluna melongok ke arahnya hanya untuk melihat semangkuk sereal dan segelas susu putih yang sudah selesai Bi Nah siapkan.

"Di halaman belakang kali ya, Bi? Memangnya ada apa di halaman belakang?" tanya Neta yang masih belum terlalu mengenal rumah Aluna.

"Di belakang sih lebih asri sama pepohonan. Tapi ada ruangan terbuka juga untuk Nona Aluna bila sewaktu-waktu ingin duduk-duduk. Sebelum hamil sih dipakai untuk Nona olahraga." Bi Nah menjawab. Ia tersenyum ramah pada Neta dan bertanya, "Mbak Neta mau saya siapkan minum yang lain?"

Sewaktu Bi Nah melontarkan pertanyaan barusan, Neta melirik gelas berisi air putih yang isinya tinggal setengah. Mungkin Bi Nah merasa tidak enak karena Neta yang datang sebagai tamu hanya mendapatkan air putih. Untuk itu, Neta tertawa pelan. Ia menjawab, "enggak perlu, Bi. Saya buru-buru. Ini cuma mampir sebentar. Mau lihat kondisi Aluna sama calon keponakan saya."

"Baik, Mbak. Kalau butuh sesuatu, bilang saja, ya." Bi Nah mewanti-wanti yang langsung diangguki oleh Neta.

"Saya ke halaman belakang, ya, Bi. Ini gelasnya boleh saya bawa dulu? Masih haus soalnya," kata Neta, membuat Bi Nah tertawa kecil pula. Bi Nah kemudian ikut mengangguk seperti Neta tadi, memberikan izin.

Neta mengedarkan pandangannya. Selain mencari Aluna, ia juga menelusuri rumah Aluna yang terlihat minimalis namun sangat tertata rapih hingga membawa suasana nyaman untuk siapapun yang tinggal bahkan untuk sekedar mengunjunginya.

"Aluna," panggil Neta dengan asal, siapa tahu ia akan mendapatkan jawaban dari Aluna. Kini ia telah melewati pintu menuju halaman belakang. Ia berhenti sejenak untuk menikmati suasana asri dan udara yang sejuk di sana. Sekalipun hari ini cuaca cerah, tetapi di waktu pagi hari seperti saat ini, rumah Aluna terlihat seperti baru saja dihujani rintik-rintik air dari langit karena daun-daun di halaman belakang rumahnya basah —entah karena embun ataupun disirami oleh salah satu pelayan.

"Neta?"

Mendengar sahutan itu, Neta lantas menoleh ke sisi kanannya. Ia melewati bagian rumah yang memiliki space tidak begitu besar hingga akhirnya tiba di ruangan yang terbuka —seperti yang Bi Nah bilang. Ruangan tersebut tidak memiliki pintu dan cukup luas untuk ukuran tempat yang hanya digunakan duduk-duduk santai.

"Aluna," panggil Neta dengan raut wajah terkejut. Matanya membelalak kaget dengan mulut yang terbuka sedikit. "Kamu ngapain?"

Hampir saja gelas di tangan Neta jatuh hanya karena melihat Aluna yang sedang berlari-lari kecil di atas treadmill. Ia lantas menaruh gelas di atas meja yang berada tidak jauh dari Aluna bersama dengan tasnya. Ia menghampiri Aluna yang sudah basah oleh keringat sekalipun udara terasa sedikit dingin.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang