Dua puluh dua

1.4K 70 1
                                    

Senja kembali menghampiri langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja kembali menghampiri langit. Berkunjung ke rumah keluarga Aluna hingga memikat Fatih yang saat itu tengah menatap langit untuk mencari ketenangannya. Kerinduannya pada langit tiba-tiba menyeruak membuat Fatih ingin segera kembali mengudara padahal sebelumnya dirinya mengatakan bahwa belum ada keinginan untuk melakukan flight lagi.

Semenjak kondisi tubuh yang memburuk dan juga perasaan yang tidak terkendali hingga memunculkan kepribadian yang lain, Aluna lebih sering berada di kamarnya. Fatih pun belum berani mendekati Aluna karena takut kepribadian Aluna bernama Lana akan muncul dan marah padanya. Ia juga merasa belum siap bila harus terus-menerus bertemu sosok lain dalam diri Aluna.

Fatih merindukan Aluna.

Bahkan kala dirinya berada di rumah keluarga Aluna dengan pertemuan yang lebih sering dibandingkan sebelumnya, Fatih tetap merasakan rindu pada istrinya itu. Bukan rindu pada wajahnya ataupun kehadirannya. Melainkan rindu pada kepribadian asli istrinya. Ia juga belum sepenuhnya menguatkan sosok Aluna yang asli dari perasaan kehilangan untuk mamanya.

"Kafa ...."

Fatih kira, yang datang dengan wajah yang basah penuh air mata kepadanya itu Luna. Ia langsung saja membawanya dalam pelukan supaya kepribadian yang sering ketakutan serta menangis itu menjadi lebih tenang. Namun mendengar ucapan yang keluar dari mulutnya selanjutnya membuat Fatih menyadari bahwa itu bukan Luna.

"Mama ... tolong kembalikan Mama sekali lagi."

Aluna.

Yang sedang berbicara dalam pelukan Fatih itu adalah Aluna. Si pemilik asli tubuh dari banyaknya kepribadian ganda yang hadir di dalam tubuhnya. Pelukan Fatih mengerat. Kerinduan dalam dirinya yang memuncak membuat Fatih ikut memejamkan matanya yang berkaca-kaca.

Sudah dikatakan bahwa dirinya juga lelah. Mengambil alih semua urusan keluarga Aluna padahal dirinya tidak pernah berpengalaman sebagai kepala keluarga. Mengurus semuanya dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada padahal dirinya juga masih awam untuk memahami semuanya.

"Kita jalani ini sama-sama, ya? Jangan merasa sendiri karena saya ada di sini," bisik Fatih pada Aluna hingga tangan Aluna tiba-tiba mencengkram baju Fatih dengan kuat seolah membuktikan seberapa sakitnya hatinya dan seberapa menderitanya ia saat ini.

Sore itu, kala mentari mendekati kaki langit, Fatih enggan melepaskan pelukannya. Baik dirinya maupun Aluna sama-sama mengungkapkan segala kesulitan dan rasa sakit yang diterimanya melalui tangisan tanpa mampu berbicara.

***

"Semalam Aluna tidur nyenyak, Bi?"

Seperti beberapa pagi terakhir yang Fatih lewati di rumah Aluna, pagi ini pun ia duduk di meja dapur sambil menghirup segelas kopi yang selalu berganti teh bila hari berganti malam. Tidak ada yang ia lakukan selain memperhatikan Bi Nah yang memasak di dapur ataupun sesekali bertanya perihal Aluna pada Bi Nah. Untuk cuti tiga hari ini, Fatih hanya disibukkan mengenal Aluna dari orang lain. Ia mencoba memahami Aluna meskipun tidak menghadapinya secara langsung.

I'M ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang