Ada apa dengan taman?

545 34 8
                                    

Setelah acara perpisahan seharian kemarin. Kini baik Alya, Nathan, Salva, Rangga, Willy dan Nick resmi menjadi alumni. Mereka memilih jalannya masing masing. Alya kini lebih memilih untuk melanjutkan studi sebagai mahasiswa kedokteran di salah satu Universitas. Sedangkan Rangga memilih fakultas keguruan dengan jurusan seni. Willy lebih memilih mengembangkan butiq mamanya sembari menjadi mahasiswa jurusan management dan akutansi. Dan Nick akan kembali ke asal dia berada. London.

Sedangkan Nathan dan Salva. Entahlah, Alya tak mengetahui kabar jelas tentang mereka. Nathan pasti akan melanjutkan perusahaan papanya. Salva, pasti akan menjadi pendamping Nathan sebentar lagi.

Alya tersenyum getir. Melihat semuanya berlalu begitu cepat. Tiga tahun terakhir bukan masa masa yang mudah untuk Alya lewati. Suka duka, rasa sakit dan luka yang sangat perih sangat Alya rasakan.

Dimulai saat ia mengenal Nathan, lalu menjadi kekasihnya. Nathan yang mulai berubah dan cuek. Lalu kehadiran Salva dalam hidup mereka. Menghancurkan hubungan Alya dan Nathan. Salva yang mencoba menghancurkan hidup Alya. Sampai tiba dimana Satya mulai masuk dan mengisi semua kesedihan yang Alya alami. Dan kini Satya sudah pergi meninggalkan Alya ke tempat yang baru.

Satu tahun berjalan begitu cepat, tak terasa kini mereka sudah sibuk dengan kegiatannya masing masing. Termasuk Alya. Mahasiswa semester 1 yang masih butuh bimbingan dan arahan.

Meski Alya sering bertemu, Rangga, willy di kampus mereka. Tetapi tetap saja. Rasanya sepi jika tidak ada Satya.

Di sebuah lap Alya tengah melamun. Sendiri, kelasnya sudah selesai sekitar 10 menit yang lalu. Alya belum membereskan barang barangnya.

Suara langkah terdengar, menampakkan seorang gadis berambut gelombang dengan jas putih yang ia sampiran asal di pundaknya.

"Ayolah Alya mau sampai kapan jadi penunggu lap." Ledek nya sembari menyisir rambutnya yang sangat cetar itu.

Alya menggelengkan kepalanya. "Yang ada kamu penunggu lap nya." Ujar Alya meleparkan kertas ke arah Ga dia yang tengah menyisir rambutnya itu.

"Alya" Pekik Rilla. Lalu mengejar Alya yang sudah pergi dari lap.

Rilla adalah teman sekampus Alya, selain satu jurusan mereka juga akrab sejak masa mop waktu itu. Rilla sangat memperhatikan penampilannya dan jangan lupa dia sangat seru.

Akhir akhir ini Alya sering menghabiskan waktu dengan Rilla. Seperti di kantin, perpustakaan atau pergi cafe sekadar untuk menyeruput kopi panas kesukaan Alya.

Entahlah, sejak kapan Alya menyukai kopi. Atau mungkin sejak ia berteman dengan rindu.

Hmmm... Alya jadi merindukan Satya.

"Alya" Panggil Rangga saat melihat Alya yang tengah melintas.

Alya menghentikan langkah kakinya dan menuju ke arah Rangga. Rangga berlari kecil sedikit lebih dekat ke arah Alya.

"Tumben lo nonggol." Kekeh Alya.

"Yeeee... Elo kalik yang jarang nonggol. Gue sama willy sering banget kumpul tapi selalu nggak ada elo. "

"Hah? Kumpul? Kumpul kebo? "

Pletak....

Alya meringis kesakitan saat jitakan mampir di kepalanya. Ups. Mendarat di kepalanya. Rangga memang tidak berubah, sifatnya yang spontan membuat Alya terus membantin. Semoga keturunannya tidak seperti Rangga.

"Yeee.. Si anying... Lo kira gue gay. Sampe mau sama di willy willy kitty." Rangga memasang mukanya masam.

"Yaelah baper banget. Gue cuma bercanda kalik Rang." Terlihat jelas Rangga memoncongkan bibirnya kesal.

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang