Rumah Sakit

1.9K 52 24
                                    

Jam terus berdetak, angin terus berhembus kencang. Hari sudah mulai Petang sejak ruangan ini ditutup beberapa jam yang lalu. Batin Alya sangat tersiksa, benar benar tersiksa. Bahkan tubuhnya benar benar tak bisa berdiri saat ini. Hampir saja, hampir saja peluruh itu mengenai dirinya namun seseorang datang dan menyelamatkan mereka. Meski kini dia sendiri yang terluka.

Beberapa jam yang lalu. Semuanya terjadi secara begitu cepat.

Alya menyibakkan penutup wajah yang ia kenakan. Cukup!Nathan harus tau. Pernikahan ini salah dan tak sepantasnya semuanya terus berlalu.

Langkah kaki Alya kian melangkah menuju ke arah pintu dimana terakhir Alya melihat Nathan menghilang di baliknya.

Dugaan Alya tepat, Nathan disana. Tangan Alya hampir menyentuh ganggang pintu yang mana pintu itu sudah terbuka sedikit. Namun Alya menghentikan pergerakannya saat suara seseorang terdengar.

"Bisa aku bantu untuk mengakhiri hidupmu Nathan" Suara yang mengerikan. Alya pastikan itu bukan suara, Nathan. Tapi siapa?

"Bagaimana? "

Karena terlanjur penasaran, Alya mendorong sedikit pintu itu dan mengintip diantara celah celah pintu yang terbuka.
Alya membekap mulutnya  tak percaya.

Air mata mengalir di pipi Alya. "Papa," gumam Alya sangat pelan.

Dia santoso, papa Alya. Jangan tanyakan kenapa santoso menginginkan Agar Nathan tiada. Jawabnnya karena Abimanyu. Selamat ini santoso selalu dihina oleh Abimanyu. Lalu putrinya juga. Membuat Alya malu bahkan sampai tak mampu menunjukkan wajah di depan orang orang.

Santoso fikir Abimanyu orang yang baik. Tetapi tidak, saat hari itu. Saat Abimanyu memukul santoso dan menghina Alya di depan Wajahnya sendiri.

"Jangan pernah kamu datang ke keluarga kami!!!.... Kalian itu sama saja sampah!!!! Dan anakmu itu.. Saya tidak sudi Nathan berhubungan dengan dia.. "

Shittt.... Bagaimana santoso melupakan hal itu. Abimanyu, bukankah kebagiaan terbesarnya adalah Nathan. Baiklah, akan santoso lenyapkan semua kebahagiaan Abi.

"Selamat tinggal Nathan"

Alya berlari mendorong pintu itu dengan kuat lalu berlari berdiri membelakangi Nathan.

"NATHANNNNNN..... "

Dorrrrrr.........

Alya memejamkan matanya begitupun dengan Nathan. Suara pistol yang nyaring.

Tuhan izinkan aku menahan rasa sakit itu sebentar saja. Izinkan aku melihat papa, lalu Nathan. Sebelum kau benar benar membawaku terbang jauh.

Terimkasih beberapa tahun yang kau berikan. Ini adalah waktunya aku kembali. Kembali ke tempat aku berasal. Dan meninggalkan cerita di sini. Aku harap tidak ada, orang yang merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Cukup aku, cukup Alya Almariella. Jangan orang lain. Selamat tinggal.

Namun rasanya aneh, Alya tidak merasakan apa apa atau bahkan rasa pedih peluru itu.

"SALVAAAAA.... "

Santoso menjatuhkan pistolnya ke arah lantai. Menatap siapa yang baru saja ia lenyapkan. Darah mengalir di lantai dengan derasnya. Perlahan tubuh lembut itu terjatuh merasakan dinginnya lantai dengan darah yang bercucuran.

Nick berlari, perasaannya memamg tidak enak saat Salva memilih untuk melihat pernikahan itu dengan menyamar menjadi pelayan.

Alya membuka matanya spontan menatap seseorang yang sudah tergeletak lemas di lantai.

"Bangun Sal..... "Pekik Nick histeris.

Tidak. Bukan Alya tetapi Salva.

"Salva?"

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang