Panik

451 19 2
                                    

Di trotoar jalan aku tengah melamun. Memikirkan ucapan Salva yang terusenganggu pikiranku. Sejak kapan Salva menyukai Nathan?. Pertanyaan yang bodoh!. Mereka telah berteman sejak kecil. Pasti ada rasa yang tumbuh seiring berjalannya waktu.

Dan Salva, dia menyukai Nathan. Lebih dariku, aku bisa merasakannya. Mungkin Salva menyembunyikan perasaannya sejak kecil.

Ya Tuhan, kenapa aku terus memikirkan tentang Salva,. Bukankah Nathan mencintaiku, bukan mencintai Salva. Tapi kenapa Seolah Aku yang menjadi benalu disini.

Andai saja, aku tak hadir di antara mereka, pasti hubungan Nathan akan baik-baik saja. Dan andaikan saja aku tidak menyukai Nathan. Mungkin Salva akan tertawa sekarang.

Aku harus memilih yang mana? Teman? Atau Nathan?.

"Lo nggak perlu bingung!! " Selidiknya.

. . .

Hari ini cukup melelahkan. Masalah Alya dan Salva akhirnya selesai di hadapan guru konseling. Namun, pribadi mereka belum saling bisa bertemu dan memaafkan. Ada rasa kecewa menghantui di hatiku saat ini.

Salva, gadis yang aku kenal selalu memaafkan siapa saja. Kini justru menaruh rasa benci pada Alya pacarku. Dan Alya, seolah dirinya menghindar dan menjauh dariku.

Parkiran sekolah kini nampak sepi. Dan hanya ada mobilku disana. Hanya segelintir siswa yang lalu lalang ingin pulang. Sudah dua jam aku menunggu Salva maupun Alya. Namun tak ada tanda tanda munculnya mereka.

Sebuah notifikasi muncul dibalik layar hendponeku.

Salva.

Nggak usah tunggu gue!
Gue bisa pulang sendiri!

Lo dimana?

Club


Sialan!!, batinku

Aku langsung melajukan mobilku dan mengendarai dengan kecepatan penuh. Pikiranku saat ini hanya satu. Salva, tak ada yang mengenal lebih jauh dari pada aku. Dan aku tau bagaimana kepribadian lain dari dirinya.

Aku terus menbanting kemudi dan mengklakson kuat setiap ke saraan yang menghalangi jalanku.
Yang membuatku bingung sampai saat ini hanya satu. Club mana yang Salva kunjungi.

Suara dentingan panggilan berbunyi dan tertera nama Alya disana.

Alya is calling

Segera Nathan mengangkat Telfonnya

"Nathan.. Tolong gue Nathan... "

"Alya? Alya lo dimana?

" Gu-gue_

Tutt....

Sialan!!!!!, batin Nathan kacau

Sambungan telfonnya tertutup. Apa yang harus aku lakukan sekarang?. Aku segera memutar balik kan mobilku dan melacak nomor Alya.

Namun penggilan singkat tak mampu untukku melacak keberadaan Alya.
Tak henti-hentinya aku memukul kemudi mobil dan menggeram kesal.

Siapa yang harus aku tolong terlebih dahulu? Alya atau Salva?. Namun justru hal lain membawaku segera untuk melajukan mobil ke arah club. Salva, aku akan menghampirinya dulu. Sebelum menemui Alya.

******

Alya pov

"Lepasin gue!"

Alya terus memberontak meski tangannya kini susah terikat kebelakang, serta kakiknya diiakat di aiai komandan kiri kaki kursi. Posisi Alya kini tengah terduduk di bangku.

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang