Nathan cuek

900 48 8
                                    


Semuanya nampak bahagia dengan makanan yang telah disediakan lengkap dengan karpet merah yang mereka siapkan untuk piknik bersama.

Namun ada yang beda dari mereka.
Nathan? Ya benar saja. Pria itu, dimana dia?
Setelah Alya tiba di taman Nathan seolah tak mengikuti kemana Alya melangkah. Ataukah Nathan lupa dengan ulang tahunnya. Bahkan dia bukan orang yang pertama yang Alya harapnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.

Pandangan Alya langsung menangkap seseorang yang ia cari sekarang ini. Nathan siapa pagi. Pria itu tengah duduk di tepi danau yang ukurannya tak terlalu besar.

Dengan langkah yang ragu, akhirnya Alya memberanikan diri untuk menemui Nathan. Perlahan Alya berjalan ke tepi danau dan duduk di dekat Nathan. Meskipun agak berjauhan namun ia bisa melihat Nathan dengan pandangan kosongnya.

Entah apa yang dipikirkan oleh pacarnya ini. Apakah dia marah? Kenapa? Bukankah Alya yang seharusnya marah kepada dia? Kenapa dia tak menghadiri kejutannya tadi.

" Suka sama kejutan dari temen-temen gue? " Tanyanya tiba-tiba.

Eh..., kejutan dari temen-temennya?,  pikir Alya.

"Jadi, itu bukan dari kamu Nat?" Alya ragu akan pertanyaan ini. Tapi apa salahnya ia mengatakan yang sejujurnya.

"Guekan sibuk yak sama pertandingan buat minggu depan. Mana mungkinlah gue lakuin hal yang serepot itu." Kata Nathan dengan santainya.

Hal yang repot? Jadi gue ngerepotin, pikir Alya.

"Oh ya... Gue mau nunjukin beberapa brosur untuk kostum tim basket gue buat perlombaan minggu depan. Coba lo liat deh, kira-kira yang cocok yang mana sama tim gue." Nathan memberikan dua buah brosur kepada Alya tentunya.

Benar-benar Nathan memang tak ada niatan untuk mengucapkan selamat ulang tahun sama gue, batin Alya.

" Gimana? Yang purple atau yang orange? "

Tangan Alya ber gemetar hebat saat ia melihat brosur itu dan pertanyaan yang Nathan lontarkan. Namun ia tahan, bukan saatnya Alya menagis. kali ini ia tak boleh kelihatan lemah hanya karna Nathan tak mau mengucapkan selamat ulang tahun kepada dirinya.

Alya pun tersenyum dan menunjukkan waran orange kepada Nathan tanpa bersuara. Nathan langsung mengambil brosurnya kembali.

" LEmang nggak salah kalau pilihan lo itu selalu bagus ya..." Nathan langsung tersenyum dan menyimpan brosurnya kembali.

"Oh ya, yak gue bakal nginep kira-kira tiga atau empat hari buat pertandingan itu. Ya.. Secara nggak langsung gue nggak mau diganggu, gue harus bener-bener fokus buat dapetin yang pertama dalam pertandingan itu.  "J elas Nathan.

Nggak mau diganggu? Apa semua itu melibatkan chatting dan telfon? Selama empat hari?,  pikir Alya lalu menelan salivnya.

"Dan kalau gue menang, gue bakal jadi perwakilan dinasional buat pertandingan internasional. Dan gue bakal netep dilondon, sekalian papa juga punya cabang disana."

Maksudnya Nathan apa lagi sih? Lomba go internasional? Ke London? Netap disana? Selamanya? Dan nggak akan kembali?apakah Nathan akan meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya?,  pikir Alya. Jujur tangan Alya bergematar hebat saat ini.

"Dan gue pasti bakal jadi atlet suatu saat nanti. Gue yakin banget. Apalagi sampai jadi pelatih untuk kejuaraan dunia. " Nathan semakin berbicara yang tidak-tidak kali ini. Alya juga sudah geram dengan omong kosong yang Nathan ucapkan.

Meninggalkan Alya, semudah itu iya mengatakan, Alya sendiri saja sudah merasa kehilangan saat ini. Ya kehilangan sifat Nathan  yang dulunya selalu perhatian dengannya.

"Wawww.. Bagus dong.. Ja-jadi gu-gue bakal ba-bangga bisa liat cowok gu-gue bisa terkenal. Banyak fensnya.. Apalagi jadi sorotan publik. Mungkin nggak lama lagi, lo bakal jadi cass di cerita wattpad orang yang notabene cool, gagah dan pasangan tampan. "Kekeh Alya dengan sedikit isapan yang ia coba sembunyikan.

"Ohh.. Apa ya namanya? My **** boyfriend atau apalah itu yang ada cowo terkenal tajir melintir trus kalau lagi ambyar langsung ke club buat minum  wine. Trus sewa ja_

Nathan langsung membekap mulut Alya yang menurut Nathan terlalu berhalusinasi tentang cerita yang selalu ia baca.

Alya sempat terpaku ditempat.
"Nggak mungkin gue tinggalin lo Alya. Nggak mungkin gue jadi orang asing bagi lo Alya. Nggak mungkin gue sampe ke Club trus minum wine dan lakuin hal yang bodoh sampai buat hidup gue jadi berantakkan. Dan gue bakal nyesel akhirnya." Jelas Nathan dengan menatap mabuk mata Alya dengan teduh.

" Gue ngaku mungkin bisa sakitin perasaan lo ataupun sakitin perasaan yang lain. Kalau gue sakitin orang lain, berarti sama aja secara nggak langsung gue udah buat lo terluka Alya. "

Alya semakin meneteskan air matanya dengan deras.

"Gue nggak bisa lakuin semua itu. Dan gue nggak akan pernah bisa." Kata Nathan mengakhiri ucapannya.


"Akankah aku masih percaya, pada janji-janji yang tak pasti. Ataukah harus terpaksa, menerima kenyataan yang nyatanya menusuk hati."🔪🔪


Happy happy Reading wkwkwk
Skip aja kalau ganggu. 
Jangan lupa vomment.
💎

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang