Sebuah Pelukkan

452 20 0
                                    


"Gue suka Nathan....."

"Dan lo, udah hancurin setiap harapan gue saat ini."

"Lo bukan sahat gue yak. Lo memang bukan sahabat gue."

"G-gue benci lo Alya.."

"Lebih baik kita jangan bahas disini."

"NGGAKKK!!! BIAR SEMUA ORANG TAUUU.. SIAPA LOO SEBENERNYAA!!!"

"Selama ini lo cuma manfaatin kekayaan yang Nathan punya. IYA KAN!!!!."

"Asal lo tau Alya. Lo itu nggak setara sama Nathan. Makannya liat dari ujung kaki sampai kepala. "    

"Siapa lo siapa Nathan. "

"HUUUU.. CEWEK MATRE!!"

"CUKUPPP!!!!" Pekik Alya sembari menutup kedua telinganya.

Perkataan Salva menggema jelas di ingatan Alya. Begitu menyakitkan sampai Alya sendiri tak bisa mengontrol dirinya itu.

"Hiks.. Hiks..."

Tangis pilu menjadi irama indah di roftop sma kenangan. Jam istirahat menjadi jam yang amat Alya benci karena tangisnya itu.

Tak terasa sebuah lengan kekar memeluknya dari belakang. Membawa Alya pada dadanya dan memeluknya erat. Alya tak bisa menghindar. Dirinya kalut dalam dekapan seseorang yang bahkan tak tau siapa yang tengah ia peluk saat ini. Alya hanya ingin ketengan saja. Hanya itu.

"Sudah hapus air matamu sayang." Suara bariton nan tegas terdengar jelas ditelinga Alya. Dan Alya tau siapa pemilik suara itu. Alya langsung berhamburan memeluknya cepat.

"Papa.. Hiks... Hiks.. " Tangis Alya pecah saat santoso mempererat pelukkannya pada Alya.

Santoso sekarang tengah berada di SMA kenanga. Alasan dirinya kemari karena saat istirahat makan siang tadi santoso dihubungi oleh pihak sekolah. Dalam kejuaraan tingkat nasional, kepala sekolah menunjuk Alya sebagai perwakilan dalam Olimpiade sains yang akan diadakan nanti. Hal itu membuat Santoso riang bukan main.

Impiannya mendidik Alya untuk menjadi orang yang sukses kedepannya tidaklah sia-sia. Melalaui Alya santoso yakin nama keluarganya akan dikenal oleh semua orang.

Namun hati santoso tak seriang itu saat dirinya melihat putrinya berlari dengan keadaan menangis di sepanjang koridor kelas.

Beberapa saat yang lalu.

Mobil silver berhenti di sebuah parkiran luas di SMA kenanga. SMA tempat Alya sekolah. Santoso yang mengendarai mobil itu langsung keluar dan menuju keruangan kepala sekolah untuk membicarakan pasal pengiriman Alya sebagian calon peserta pada perlombaan sains nanti.

"Permisi?" Setelah mencari ruang kepala sekolah. Kini santoso telah berada di ujung pintu yang sudah terdapat Mr. Dhani Empris yang telah menunggu.

"Oh pak santoso, silakan ayo duduk." Sambut Mr. Dhani dengan gembira.

Santoso lantas menduduki kursi yang tepat di depan Mr. Dhani yang hanya dibatasi oleh meja kebesarannya itu.

"Saya sangat senang saat mengetahui bahwa Alya yang akan menjadi perwakilan untuk SMA kenangan pak." Tutur santoso dengan senyum yang merekah.

"Ahhahahaha.. Saya susah bilang berapa kali pak santoso. Saya yakin Alya memanglah jenius dan dia sudah sepantasnya mendapatkan  kehormatan itu. " Puji Mr. Dhani.

"Bapak terlalu memuji anak saya. " Kekeh Santoso saat Mr. Dhani mulai memuji Alya secara berlebihan.

"Ketahuilah pak santoso jika bukan karna Alya. Maka nama sekolah kita tidak akan menjadi go internasional saat ini. Benar begitu bukan?" Pikir Mr. Dhani.

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang