Gara-gara Nathan.

1.9K 77 12
                                    

Aku berjalan mengekori Nathan sekarang, tanganku pun ditariknya sedari tadi. Entahlah aku mau dibawa kemana. Tasku saja belum diambil, Nathan justru mengajakku pergi begitu saja. Langkah Nathan langsung tertuju pada tangga yang akan menuju ke roftop. Aku lalu menatap Nathan bingung, kenapa Nathan mengajakku kemari?.

Ia semakin membawaku menuju ke pinggir roftop. Jelas, sontak aku berusaha untuk melepas cekalan tangan itu. Aku memberontak sekaligus memukul punggung Nathan. Nathan yang aneh, apakah dia ingin membunuhku. Ya tuhan, aku ingin menikmati masa mudaku. Dan masih banyak lagi prestasi yang ingin aku capai.

"Lo gilak Nath!! Lo mau bawa gue kemana sih?!!" Aku terus memberontak sampai akhirnya dia berhenti dan melepaskan tanganku.

Ku kibaskan tanganku yang sudah memerah akibat ulah Nathan. Apalagi sekarang matahari tengah bersinar dengan teriknya. Dan tanganku yang putih seputih susu bisa gosong hanya karna berdiri di tempat ini.

"Gue benci yang namanya terlambat Yak," Katanya penuh penekanan.

Aku hanya menatap punggungnya acuh tak acuh. Sudah bersusah payah menyusun strategi agar tak ketahuan terlambat kini malah kena ceramah. Pura-pura tak mendengarkan ucapannya itu lebih baik.

Merasa tak ada jawaban dariku Nathan pun berbalik dan mulai menceramahiku.
"Lo denger gue nggak sih Yak!!!" Kesalnya.

Aku hanya meniup-niup tanganku yang memerah itu. Namun kelihatannya Nathan muali marah kepada diriku yang tidak merespon ucapannya.

"ALYAAA!!!!!" Bentaknya.

Itu namanku, Lebih lengkapnya Alya Kencana. Anak pertama dari dua bersaudara. Hobiku membaca novel, dan halu lewat tulisanku yang sangat nggak jelas. Terkadang juga aku membuat instatori di Instagram. Oke twitter, adalah akun rahasiaku yang tidak diketahui oleh orang lain. Terutama adikku apalagi teman-teman.

"Kapan kamu mau dewasa Alya!!" Nathan mengacak rambutnnya kesal.

"Gue belum dewasa Nathan. Nih ya menurut buku yang gue baca, seseorang yang dikatakan dewasa apabila umurnya sudah mencapai 18 tahun ke atas dan sekarang umur gue masih 17 tahun. Itu tandanya gue belum dewasa. Dan butuh 1 tahun lagi buat gue dewasa ngerti." Jelasku panjang lebar sambil berjalan mengitari Nathan.

Nathan hanya memijit pelipisnya pusing mendengar ucapan Alya yang selalu mengkaitkan sesuatunya dengan buku.

"Oke!! Lupain tentang segala macam buku yang pernah lo baca itu." Decak Nathan.

"Mana bisa lah, ya kali novel yang udah gue baca sampe baper-baperan harus diuniinstal gitu dari memo gue, gilak aja lo. Banyak gombalan mahal yang bikin gue terbang-terbang dan susah buat gue move on Nathan." Jelas Alya dengan kekesalannya.

"Jadi lo lebih milih cowok yang ada di novel itu!!!" Pekik Nathan.

"Yaiyalah, dan secara nggak langsung gue udah ngebayangin gimana wajah dan postur tubuh dari karakter yang ada disana. Serta senyuman manisnya. Oh... Ya ampun, gue ngerasain dia nyata." Ricau Alya dengan senyumannya.

"Oke.. Kalau gitu lo pacaran aja sama cowok novel itu. " Kesal Nathan lalu pergi meninggalkan Alya yang tengah menghalu.

Alya yang menyadari kepergian Nathan lantas berdecak kesal.

" Ihhh... Main pergi aja, gue kan belum ngomong siapa yang gue bayangin." Kesal Alya.

Punggung Nathan mulai menghilang dari balik tembok tersebut dan hal ibu membuat Alya kesal.

"Nathan!!!!" Panggilku kesal.

Gara-gara Nathan gue harus berdebat soal ini dan gara-gara dia juga tas gue ilang entah kemana. Kenapa pagi yang cerah ini harus selau berurusan dengan dia. Dasar pacar tukang cemburu.

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang