Merela untuk melupa

770 18 1
                                    

Rumah sakit, jam 21.00

"Apa gue harus tanggung jawab? "

Nathan menarik kera Satya dengan kuat. Tatapan mata Nathan sudah tajam. Membuat bulu kuduk Satya berdiri.

"Kalau sampai lo coba kabur. Gue hajar lo!! "Peringatan Nathan melepaskan cengkramannya dengan kasar.

" Nath, seharusnya lo harus cari tau yang sebenarnya!"ujar Satya mencoba menjelaskan.

"Buat apa? Setelah gue liat lo sekap Alya malam itu?!!! " Timpal Nathan.

Satya terkekeh, ternyata Nathan sudah mengetahui yang sebenarnya. Tapi faktanya Nathan tidak tau jelas apa yang sudah terjadi. Dan ini diluar ekspektasi Satya.

"Mulai sekarang lo keluar dari anggota basket Satya. "Putus Nathan

"Nathan, " Pekik Santoso yang sudah sampai di rumah sakit itu. Begitupun dengan Mama dan Azka yang membuntutinya.

"Mati gue, " Desis Satya.

Santoso menghampiri Nathan dan memegang bahu Nathan dengan kuat.

"Di mana anak saya?!! "

"Al-Alya di dalem om."

Santoso menghambur kedalam dan menemui Alya yang tengah duduk di atas bangkar rumah sakit. Santoso menghampiri Alya dan memegang pipinya penuh rasa cemas.

"Alya. Alya nggak apa apa kan kak. Apa yang terjadi denganmu. Ada apa ini? "Cemas Santoso ketika melihat Alya dengan wajah pucatnya

"Alya baik baik aja pa. "

Nathan dan Satya masuk bersamaan. Dengan Satya yang menundukkan kepala namun Nathan hanya bisa memandang kosong kedepan.

Alya meneteskan air matanya. Sembari menatap Nathan yang mungkin kecewa kepada dirinya.

Maafin gue Nath, batin Alya bersalah.

Sakit. Apakah ini yang harus aku tanggung. Apakah sesakit ini yang harus aku terima Alya. Menerima kenyataan bahwa aku dibuat kecewa sedalam dalamnya. Dan aku diliat tak percaya atas apa yang menimpa dirimu.

Jika malam itu aku langsung menemuimu, maka semuanya tidak akan terjadi. Tidak akan. Batin Nathan.

"Kak, " Panggil Azka memegang bahu Nathan yang perlahan mulai jatuh.

Azka menuntun Nathan untuk duduk di Sofa. Santoso dan mama Alya hanya bisa menatap Nathan heran.

"Ada yang tidak beres. "Gumam Santoso.

Azka mencoba menenangkan Nathan dan membuat Nathan buka suara, tentang apa yang telah terjadi kepada kakaknya Alya.

" Ada apa sebenernya"tanya Azka penuh curiga.

Nathan mengusap wajahnya kasar. Nathan mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ia tak mungkin bicara terang terangan jika Alya tengah hamil.

Santoso berjalan menuju ke arah Nathan dan menepuk bahunya pelan. "Ikut saya, saya mau bicara sama kamu."

Nathan mendongakkan kepalanya dan mengangguk singkat.

Saat ini Satya tengah cemas. Bagaiamana jika Nathan terang terangan menuduhnya yang telah menghamili Alya. Ini tidak benar, Satya harus mengambil tindakan secepatnya.

Satya mengekori Nathan, meski tak begitu dekat, Satya mencoba menguping pembicaraan Papa Alya dan Nathan.

"Ada apa sebenernya Nathan? "Tanya Santoso dengan suara dinginnya.

Nathan masih menundukkan kepalanya, ia tak bisa mengatakan hal ini. Alya akan terluka begitu juga dengan paman Santoso.
Jika Nathan mengatakannya, mimpi mimpi Alya akan hancur dan mimpi mimpi Nathan untuk memiliki Alya akan musnah. Namun jika tidak, lambat laun semuanya akan terungkap.

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang