Malaikat tak bersayap

685 27 8
                                    

Alya menutup bukunya. Gadis itu telah selesai membaca novel yang diberikan dokter dina kepadanya. Sesekali mata gadis itu menatap jendela luar dengan seksama. Memandang langit berwarna biru tua tanpa awan sedikitpun.

"Kenapa kalau siang bintang nggak ada. Padahal kan bakal cantik."gumam Alya menatap lekat langit di balik jendela itu.

Mbak ija tersenyum dan menatap ke arah Alya setalah ia meletakkan beberapa buku di rak. Mbak Ija duduk disamping Alya dan memandang langit itu dengan lekat. Sama seperti Alya.

"Itu sudah hukum alam. Bahkan siang tak seberuntung malam yang selalu ditemani dengan bintang. Begitu juga malam, dia tidak akan bisa mendapatkan matahari meski ia mau."

Alya menatap mbak ija dengan seksama.
"Apa itu tandanya Tuhan adil pada setiap ciptaannya." Mbk ija mengangguk pelan.

"Kalau gitu! Kapan Tuhan adil sama Alya." Pertanyaan Alya membuat Mbak ija terdiam. Ia tak bisa berkata apa apa, yang Alya rasakan tidak akan bisa dimengerti siapapun.

"Tuhan selalu adil. Tetapi, manusia lah yang justru nya seolah tidak pernah puas atas semua keadilan yang Tuhan berikan."

"Seperti Alya sekarang. Tuhan masih berlaku adil kan sama Alya. Dia membiarkan semua hal itu berlalu dengan cepat. Lalu kenapa Alya masih meragukan keadilan itu?"Ujar Mbak ija dengan menyinggung senyumannya.

Mbak ija sudah tau semuanya, tentang Alya dan semua yang terjadi pada gadis itu. Baru beberapa jam sebelumnya Alya telah menceritakan jika dia tak hamil tetapi mengidap penyakit kanker rahim.

"Mbak jadi heran sama kamu dan Nathan. Trus Satya. Sebenarnya kalian itu ada hubungan apa sih?? Maksudnya kamu dan Satya lalu Nathan. "

Alya terdiam. Ia tak bisa mengatakan semuanya kepada mbak ija. Bukan karena tak yakin. Tetapi biarlah semua masalah dan awal mulai permasalahan itu Alya yang tau. Tidak untuk orang lain yang bertanya tanpa mengetahui kejadian sebenarnya.

*******

Lapangan basket sudah dipenuhi oleh seluruh anggotanya. Rangga, Willy dan Nathan. Serta beberapa teman setim mereka yang juga ikut bertanding. Mengingat 3 hari lagi perlombaan dimulai. Seharian penuh dengan ekstra mereka tetap latihan.

Suara peluit  membuat duel tiga lawan tiga dimulai. Apalagi saat ini posisinya Rangga bersama Nathan dan Willy bersama temannya yang lain atau kita sebutan saja Edo.

Prittt...

Billy melambungkan bola basket itu ke udara. Dengan cepat Nathan meraihnya dan menggiring dengan cepat dan melakukan beberapa dribel lalu jumshoot dalam waktu tak lebih dari 1 menit bola berhasil masuk ke dalam ring lawan. Nathan berhasil mencetak gol. Rangga yang merupakan satu tim dengan Nathan bersorak dengan gemuruh.

Ia tak menyangka secepat ini mencetak poin. Rangga dan timnya pasti akan menang. Tidak diragukan lagi.

Bola kini berada di tangan Willy giliran pemuda itu yang mencoba menguasai bola.

Duk..

Duk.

Duk..

Namun dengan cepat Nathan langsung menyerobot merebut bola dari tangan Willy.

Shuttt..

"Sialan, "umpat willy saat bolanya berhasil direbut oleh Nathan.

Duk..

Duk...

Duk..

Ring sudah dekat namun ada satu halangan disana. Edo, teman satu timnya itu sedang memperhatikan nya lekat. Seolah matanya jeli untuk mengambil peluang bola yang Nathan kuasai saat ini.

Alya Dairy[END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang