00:08

57 19 2
                                    

5 Desember, 2012
12:00:00

Chanyeol membuka mata di rumah sakit. Selama sedetik, ia mencari-cari waktu dengan panik. Ia lega setidaknya kali ini ia tidak merasa tersesat. Waktu terasa normal. Tanggal tidak terlewat terlalu banyak. Ia ingat kenapa ia dibawa ke sini. Chanyeol tadinya masih berada di ruang kelas. Pelajaran baru saja berakhir. Ia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang di luar. Ia berdiri. Seketika kepalanya terasa berputar-putar hebat. Darah amis pekat mengalir cepat dari lubang hidungnya—seolah pembuluh darah di dalam sana bocor. Badannya langsung ambruk. Dengan setengah sadar, ia mendengar samar-samar orang-orang menghampirinya di tengah kepanikan yang tiba-tiba.

Ini bukan pertama kalinya terjadi—mimisan dan hilang kesadaran. Chanyeol sendiri bisa merasakan fisiknya berubah, walaupun ia masih menutup mata terhadap efek apapun yang sedang dialaminya. Semakin sering Chanyeol melompat dari satu waktu ke waktu lainnya, semakin lemah badannya.

Chanyeol menarik napas untuk menghela badannya duduk. Gerakan sederhana itu saja membuat pandangannya berbintik-bintik dan sekujur badannya nyeri. Tapi, ia berhasil tidak kehilangan kesadarannya lagi.

Di atas nakas ada sebotol air mineral yang disediakan untuk pasien rawat inap. Menyadari dirinya sangat haus dan lapar, Chanyeol mengulurkan tangan untuk mengambilnya—tapi jemarinya yang pucat terulur melewati botol air itu begitu saja, seolah ia tidak kasat mata.

Jantung Chanyeol serasa berhenti selama sedetik yang mengerikan.

Chanyeol menelan ludah dengan susah payah. Ia menajamkan kedua matanya dan mencoba lagi. Kali ini tangannya menyentuh botol air mineral tanpa kesulitan.

Pintu kamar dibuka. Chanyeol mengangkat kepala dan menemukan Baekhyun berjalan menghampirinya. Begitu temannya itu berdiri di sebelah tempat tidurnya, Chanyeol bertanya, "Tanggal berapa sekarang?"

Baekhyun menatapnya lama sekali, sebelum akhirnya membuka mulut untuk menjawab, "Hari ini tanggal lima Desember."

Chanyeol berusaha menyengir, walaupun jantungnya masih berdebar-debar tidak normal karena ketakutan. "Aku bikin ribut di kelas kemarin, ya?"

Baekhyun mengangguk. Air mukanya tidak terbaca. Ia tidak tersenyum. Ada yang tidak beres kalau Baekhyun tidak tersenyum. "Aku merasa kau seperti sedang menjauh."

"Menjauh?"

"Bukan menjauh seperti tidak bergaul lagi," lanjut Baekhyun hati-hati. "Menjauh seperti... kehadiranmu. Apa, ya? Aku tidak mengerti bagaimana menjelaskannya."

Baekhyun menatapnya lekat-lekat. Rasanya seperti saat Chanyeol berusaha berfokus pada botol air agar ia bisa menyentuhnya.

"Rasanya kau seperti ada dan tidak," lanjut Baekhyun dengan nada merenung. "Kadang-kadang kau terbesit di pikiranku, kadang-kadang aku tidak ingat siapa namamu."

Mereka membiarkan keheningan turun selama beberapa lama. Baekhyun-lah yang mengakhirinya.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang kau lakukan saat ini, dan aku tidak yakin aku akan mengerti walaupun aku bertanya, tapi apapun itu, kau sebaiknya menghentikannya. Tanpa sadar kau mungkin sedang merusak dirimu sendiri."

Berhenti?

Chanyeol menundukkan kepala. Tangannya bergerak sendiri ke saku celana, mengeluarkan segumpal carik halaman koran yang berisi mimpi buruknya. Nomor edisi dan tanggal cetak koran itu tertera di ujung kanan halaman. 25 Desember 2012.

Chanyeol tidak perlu membaca huruf-huruf tebal yang tercetak di sana untuk tahu isi beritanya. Kebakaran Malam Natal di Rumah Sakit Jiwa Seoul, 39 Orang Tewas.

Chanyeol tidak bisa.

Time BeingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang