12 Juni, 2012
10:52:39Musim panas tahun ini bukan main lembabnya. Pendingin di dalam ruangan bekerja sia-sia untuk mendinginkan badan. Chanyeol terus-terusan mengelapkan pelipisnya ke bahu selagi ia bermain gitar, membuat bercak gelap bekas keringat semakin lebar di kausnya. Harum maskulin deodoran sudah lenyap lama dan ia yakin ketiaknya sekarang pasti bau dan lengket menjijikan.
Bersama kedua teman sekelasnya, Jongdae dan Baekhyun, Chanyeol memulai hari pertama menjadi sukarelawan di salah satu rumah sakit jiwa ternama di Seoul. Sebagai tugas dari akademi tempat mereka belajar, mereka bertiga ditugaskan tampil bermain musik seminggu sekali di sana selama empat bulan, dengan tujuan memberi penghiburan bagi para pasien dan pekerja yang bertugas.
Chanyeol sebenarnya tidak keberatan, baginya panggung tetap saja panggung, tidak peduli tempatnya di rumah sakit jiwa atau pusat penitipan anak. Masalahnya, cuaca panas ini membuatnya ingin gantung diri.
Juga, bahwa seorang gadis aneh sedari tadi terus mengamatinya dengan tatapan tajam. Chanyeol menabrak bahu gadis itu di halaman belakang tadi, saat kepala perawat mengantar mereka bertiga berkeliling sebelum mulai penampilan. Gadis itu berjalan dengan kepala tertunduk dalam-dalam dan tidak melihatnya datang. Ketika Chanyeol menangkap lengannya secara refleks, gadis itu mengangkat kepala dan mereka berdua tidak sengaja bertukar tatapan.
Sejak saat itu, gadis itu terus-terusan memelototinya.
Yah, ada kemungkinan gadis itu sebenarnya menatap Baekhyun yang bernyanyi di depannya, tapi Chanyeol cukup yakin gadis itu memang sedang memerhatikannya.
Mereka tidak mendapat kesempatan untuk bicara, tapi pada akhir kunjungan hari ini, saat semua orang berkumpul untuk bertukar ucapan halo, namaku bla-bla-bla dan sampai jumpa lagi, Chanyeol memutuskan untuk menghampiri gadis itu duluan dan mengulurkan tangan kanannya untuk menjabat. "Hai."
Gadis itu menjabat tangannya tanpa menjawab salamnya. Chanyeol menyadari ia terlihat cukup normal. Senormal Jongdae, atau Baekhyun, atau bahkan Chanyeol sendiri. Senormal orang-orang yang mungkin berpapasan di jalan dengannya, atau ditemukannya duduk-duduk di kafe sambil membaca buku. Bukan berarti penghuni rumah sakit jiwa harus tampak tidak normal... tapi kau tahulah.
"Aneh," gadis itu menggumam, tangan mereka berdua masih saling menjabat.
"Apanya aneh?" tanya Chanyeol.
"Kau."
"Maaf?" Kedua alis Chanyeol bertaut. Dibilang aneh oleh orang yang diklaim tidak stabil secara mental bukanlah kesan pertama yang ia pikir akan pernah ia terima.
Itu saja. Ketika jabat tangan mereka terlepas, gadis itu berputar dan pergi begitu saja seolah mereka tidak pernah bicara.
Secara tidak sadar Chanyeol mengecek arlojinya dan mencatat waktu pertemuan mereka di dalam kepalanya. 12 Juni 2012. 12:06.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Being
FanfictionKemampuan untuk mengendalikan waktu tidak bisa menyelamatkan Park Chanyeol dari perpisahan.