26 Juni, 2012
12:00:00Saat ini tanggal 26 Juni 2012. 12:00. Chanyeol tidak perlu mengecek jam tangan untuk memastikan. Ia tahu ia sudah berada di waktu yang benar, karena kepalanya masih pening dan dadanya masih sakit.
Persis pada waktu ini, seharusnya Chanyeol ada di aula rumah sakit, baru saja menyelesaikan penampilan mereka hari ini, dan ia melihat gadis sinting itu berjalan keluar setelah selesai memicing sinis padanya sepanjang enam lagu. Tatapan itu menjengkelkan Chanyeol.
Sekarang juga begitu, gadis itu baru saja berdiri dan membuang muka, lalu meninggalkan aula. Chanyeol meletakkan gitarnya di lantai dan berkata pada Jongdae dan Baekhyun, "Aku pergi sebentar. Tunggu aku."
"Jangan terlalu keras padanya," kata Jongdae pelan. "Dia pasien. Mereka semua."
Chanyeol tidak menanggapinya karena ia sudah berjalan menyusul gadis itu.
Pada 26 Juni yang sebelumnya, Chanyeol menghampirinya dengan perasaan marah. Pada 26 Juni saat ini, Chanyeol menarik napas dalam-dalam dan menghampirinya dengan bahasa tubuh yang diharapkannya tampak bersahabat.
Chanyeol mencegatnya di koridor. Dari arahnya, ia tahu gadis itu bermaksud berjalan ke halaman belakang. "Hai, anu—"
Gadis itu mengangkat kepala untuk menatapnya. Kedua matanya yang jernih mengerjap dalam diam.
"Namaku Park Chanyeol," Chanyeol memperkenalkan diri.
"Aku tahu," balas gadis itu. "Aku bertanya pada suster."
"Ah, jadi kau memang tertarik padaku," gurau Chanyeol. "Apa itu ada hubungannya dengan ke-'aneh'-anku?"
Tidak ada perubahan ekspresi pada gadis itu. Mungkin gadis itu tidak menganggapnya lucu. "Kau aneh. Berbeda."
"Apanya?" tanya Chanyeol. "Apa yang berbeda padaku?"
Selama berminggu-minggu terakhir Chanyeol terus memikirkan perkataan gadis itu. Tentang dirinya yang "aneh". Apa yang membuatnya aneh? Apa gadis itu melihat rahasianya? Apakah gadis itu tahu? Tapi, itu tidak mungkin. Chanyeol tidak pernah mengubah apa-apa dalam bertahun-tahun terakhir. Kalaupun ia melakukannya, tidak ada orang-orang di dalam lingkaran waktu yang akan sadar.
Jadi apa?
Bukannya menjawab pertanyaannya, gadis itu malah balik bertanya, "Apa kau tahu kenapa mereka mengirimku ke tempat ini?"
"Tidak," aku Chanyeol. "Tapi, aku bisa membacanya."
Chanyeol meraih pergelangan tangan kanan gadis itu untuk membaca gelang kertas berwarna putih pucat yang dipasangkan perawat rumah sakit padanya, walaupun sebenarnya Chanyeol sudah tahu detail yang tertulis di sana.
"Nama: Danbi." Chanyeol tidak terkejut melihat nama keluarganya dicoret-coret tebal sampai tidak terbaca, karena pada 26 Juni yang pertama Chanyeol sudah melihatnya. "Tanggal lahir: 14 Maret 1992. Oh, ternyata kita seumuran. Diagnosis: gangguan kecemasan dan skizofrenia paranoid. Catatan khusus: kecenderungan..."
Chanyeol tidak melanjutkan kata-katanya. Kecenderungan menyakiti diri sendiri.
Danbi tidak menarik kembali tangannya maupun membalas kata-katanya. Akhirnya Chanyeol sendiri yang melepaskan pegangannya dan berganti menyilangkan kedua tangannya di dada. "Jadi, kenapa kau ada di sini?" tanyanya. "Alasan yang sebenarnya."
Ada keheningan singkat sebelum Danbi menjawab, "Aku bisa melihat masa depan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Time Being
ФанфикKemampuan untuk mengendalikan waktu tidak bisa menyelamatkan Park Chanyeol dari perpisahan.