SHEYRA - 26

461 53 8
                                    

Tuhan, ketika bibirku sudah tak lagi tahu harus meminta apa dalam doa tolong dengarkan hatiku. Di sana aku selalu berharap engkau mendengarnya
—SHEYRA—

•••HAPPY READING•••


Sheyra tengah duduk di kursi memperhatikan sekitarnya. Gadis itu sekarang tengah berada di sekolah,  lebih tepatnya memaksa untuk sekolah. Sekolah saat ini mengadakan ujian kenaikan kelas, membuat Sheyra memaksa ayahnya untuk mengizinkannya pergi ke sekolah dan Adiputra pun pasrah lalu alhasil seperti ini. Tak terasa Sheyra sudah lama ternyata pindah ke sekolah ini, padahal baru beberapa bulan. Ck, ternyata waktu berjalan begitu cepat.

Gadis itu membuka lembaran soal ujian. Air mukanya datar saat menatap soal-soal ujian itu. Ini yang Sheyra benci, matematika. Gadis itu sangat benci, untuk menatap soalnya saja sudah pusing.

Dia menatap teman-temannya yang sibuk berfikir. Sialnya Sheyra tak satu ruangan dengan Alka membuat Sheyra mendesah kecewa. Dia berusaha sebisa mungkin untuk mengerjakan soal ujian matematika walaupun nanti nilainya pasti terjun drastis.

Sheyra mencoret-coret selembar kertas untuk menghitung jawaban soal disana. Tak membutuhkan waktu lama, gadis itu selesai. Kalian tau apa yang Sheyra lakukan? Menghitung jawaban soal yang ia rasa tidak bisa itu dengan cap-cip-cup, oke baiklah jangan dicontoh biarkan Sheyra saja yang seperti itu.

Gadis itu menyerahkan jawaban dan soal ujian ke meja pengawas disana, namun sebelumnya dia kembali menatap soal-soal itu. Sheyra adalah tipe orang yang phobia matematika, mau di coba untuk belajar sekuat tenaga pun otaknya tidak sinkron. Kadang sampai membuat Sheyra ingin berganti kepala. Dasar anak ini ada-ada saja.

"Wah cepat sekali, apa kamu yakin dengan jawabanmu?" Pengawas di ruangannya bertanya.

"Gak yakin sih pak, otak saya kalo disuruh mikir jawaban matematika suka gak sinkron. Maaf kalo besok nilai matematika saya paling rendah."

"Belajar dong."

"Udah Pak, bahkan sering banget saya belajar matematika tapi gak nyantol di kepala saya."

"Ada-ada saja, berarti kamu harus usaha lagi. Sana boleh keluar, nanti jam kedua jangan sampai telat masuknya."

"Oke, permisi pak." Sheyra melangkahkan kakinya keluar ruangan ujian. Gadis itu menatap jam di handphonenya, masih setengah jam lagi ujian ke satu berakhir. Dia memutuskan untuk ke rooftop sekolahnya.

Sheyra menatap matahari yang cerah daripada hari-hari sebelumnya, lalu dia duduk di bangku rooftop yang tersedia.

Gadis itu mengelus rambutnya yang semakin hari semakin rontok karena efek samping kemoterapi. Lagi-lagi, gadis itu tersenyum miris dengan keadaannya. Dia merogoh kantong seragamnya, mencari sebuah benda disana. Mengeluarkan benda itu dengan perlahan, botol kapsul. Sheyra menatap botol kapsul itu dengan senyuman getir.

Sampai kapan? Sampai kapan dia harus seperti ini. Dia sudah menjalani kemoterapi untuk yang ketiga kalinya namun dia tak merasa ada perkembangan pada kondisinya.

Tanpa lama-lama gadis itu mengeluarkan enam obat dari botol kapsul itu, menelannya utuh dibarengi dengan air mineral yang tadi ia bawa. Sheyra bergumam pelan setelahnya.

"Bismillah,gue harus berusaha sembuh dan cari orang itu."

Setiap hari meyakinkan dirinya, namun nyatanya tak ada hasil. Waktu sebulan penuh ini dia hanya sakit dan harus dirawat di rumah sakit, membuat Sheyra lagi-lagi gagal mencari informasi orang itu.

Percuma ternyata dia kembali ke Indonesia jika akhirnya seperti ini. Gadis itu memeluk tubuhnya yang semakin hari semakin kurus. Tubuhnya yang menguning, dan memar-memar yang timbul membuat Sheyra selalu overthinking.

SHEYRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang