Lebih dari sewindu tak ada satu malam pun aku lewatkan untuk tidak mengingat kejadian itu. Tak ku lewatkan satu malam pun untuk tidak berharap kepada Tuhan agar mempertemukan kita. Aku benci ketika dipaksa untuk lupa.
—Sheyra Az-Zahra—···HAPPY READING···
Sheyra memeluk dirinya sendiri dengan erat, gadis itu tiba-tiba merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Apa penyakitnya itu sudah menyebar di seluruh badannya hingga dia kehilangan banyak tenaga? Apa secepat itu penyakitnya merambat?
Sheyra segera menelpon dokter Laras, satu kali memanggil dokter itu hanya berdering saja. Sheyra mengechat di kontak dokter Laras segera, obatnya sudah ia minum namun kenapa rasanya semakin hari semakin melemah?
"Shey kenapa? Kamu baik-baik aja kan?" Suara serak khas orang bangun tidur terdengar di sebrang sana.
"Dokter,Shey gak kuat. Tubuh Shey sakit semua," Shey berbicara dengan menahan rintihannya. Dia benar-benar tidak tahu lagi akan bagaimana jika tak menelfon dokter Laras,ini tengah malam. Orang-orang dirumahnya sudah tertidur dari tadi hanya dia yang belum.
"Shey dokter udah bilang kan sama kamu? Ayo ikuti kata dokter, dokter gak mau kamu makin parah sayang. Tepati janji kamu kalo kamu bisa bertahan," dokter Laras berbicara sedikit keras membuat Sheyra segera merendahkan volume handphonenya.
"Dokter Shey bener-bener gak siap buat bilang sama ayah bunda, Shey belum siap." Air matanya yang tadi di pelupuk mata keluar,gadis itu benar-benar tak siap untuk memberi tau yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya.
"Sampai kapan? Kalo di diemin semakin parah Shey, penyakit yang kamu derita gak main-main."
"Iya,bahkan kecil kemungkinannya buat Shey selamat kan?" Sheyra menyahut membuat Laras diam diseberang sana. Wanita berumur dua puluh lima tahun itu benar-benar khawatir, sudah lama sekali menyarankan Shey berobat namun gadis itu menolak. Laras tau, pasti bagi Sheyra juga berat untuk mengatakan yang sebenarnya kepada orangtuanya.
"Dokter gak mau tau Shey,mau gak mau kamu harus berobat demi keselamatan kamu." Dokter Laras menutup log panggilannya membuat Sheyra terdiam.
Apakah dia sudah terlalu dalam menyiksa dirinya sendiri? Sheyra hanya butuh orang itu kembali, begitu dia kembali Sheyra akan berobat seperti yang dokter Laras katakan. Tapi mau sampai kapan? Entahlah dia benar-benar cari mati dengan menyiksa dirinya sendiri, membiarkan penyakitnya merambat ke tubuhnya.
Sheyra tak tau ujungnya akan seperti apa. Tapi untuk sekarang dia hanya membutuhkan orang itu kembali, Sheyra benar-benar butuh orang itu.Tiba-tiba Sheyra teringat kejadian beberapa hari lalu saat selepas dari toko kue. Gelagat Rizky aneh tak seperti biasanya, seperti terpancar rasa benci pada tatapan yang Rizky tunjukkan pada orang itu membuat Sheyra dibuat bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Pagi hari disambut Sheyra dengan malas. Dia segera menarik handuk dan mandi. Setelah selesai gadis itu menuruni tangga menuju lantai satu untuk sarapan. Di sana sepi hanya ada Bi Tutik yang memasak.
"Bi,ayah bunda sama kakak kemana?"
"Waduh, mereka udah berangkat non memangnya gak bilang sama non Sheyra?" Sheyra tersenyum kecut,gadis itu menggeleng. Dia melirik jam dinding tembok, jam setengah tujuh. Gadis itu segera sarapan,dan berpamitan dengan Bi Tutik untuk pergi sekolah.
Sheyra memarkirkan motornya di parkiran sekolah, banyak sekali siswa-siswi yang menyapanya membuat gadis itu tersenyum kecil. Menuju kelasnya dengan menunduk, Sheyra tak mengetahui jika didepannya ada seseorang.
Bruk
Sialnya Sheyra menabrak orang itu. Dia menoleh ke samping, memastikan siapa telah ia tabrak. Wildan,lagi. Sheyra mendengus pelan. Buku ditangan Wildan yang tadi digenggam jatuh ke lantai karena tak sengaja tersenggol oleh tubuh Sheyra. Sheyra berjongkok hendak membantu mengambilnya, terkejut bukan main. Sheyra bahkan sampai mematung dengan buku diary kecil itu.
Mata cantik gadis itu terpaku pada diary kecil yang digenggamnya. Sebelum membaca covernya Wildan segera menyahut buku itu dari genggaman Sheyra. Tatapan tajam milik Wildan yang diberikan padanya menyebabkan gadis itu gugup. Sebelumnya Wildan tak menatapnya seperti ini,tapi ini? Ada apa? Apa ada hubungannya dengan buku kecil itu?
"M-maaf gue gak sengaja."
Wildan tak menjawab, cowok itu langsung melenggang pergi menuju ruang OSIS.
Sheyra merasa ada yang menoel-noel lengannya membuat dirinya menoleh.
"Lo mau masuk kelas apa mau jaga koridor?" Alka dibelakangnya kesal.
"Masuk kelas lah, ngapain jaga koridor? Koridornya gak bakal ilang."
Sheyra kembali melanjutkan perjalanan ke kelas, hingga akhirnya ringtone masuk berbunyi nyaring di penjuru sekolah..
Hari ini adalah hari dimana Riska, queen bullying itu akan masuk sekolah lagi. Membuat Sheyra benar-benar takut, traumanya belum sembuh sepenuhnya. Ini sudah jam istirahat, murid-murid berbondong-bondong ke kantin. Sialnya Sheyra lupa untuk membawa bekal. Dengan penuh niat walaupun takut Sheyra melangkahkan kakinya menuju kantin. Dia berjalan kearah penjual nasi disana.
Dengan hati-hati Sheyra berjalan, sebuah kaki orang disodorkan ke jalan membuat gadis itu terjatuh. Orang-orang yang berada di kantin bersorak. Ini yang Sheyra takutkan.
"Heh cegah dia!"
"Astaga masih belum puas nyari masalah si Riska."
"Itu Sheyra gimana woi?"
Tanpa ampun Riska menyiram Sheyra dengan es teh yang ia beli. Saat hendak menyiram Sheyra kembali,cewek itu tertawa puas melihat Sheyra yang ketakutan.
Plak
"Lo pikir gue gak jagain Sheyra dari jauh?!"
"Apa dendam lo sama Sheyra hah?!"
"Lo pikir mudah buat nyelakain Sheyra!"
Itu Rizky, diam-diam cowok itu menjaganya. Sheyra dibantu berdiri oleh siswa-siswi disana. Mereka benar-benar takut kasus bullying yang sudah membuat Sheyra seperti ini.
Novalia,gadis yang sempat menjadi temannya itu menolong Sheyra. Memapah tubuh Sheyra yang menggigil menuju ke UKS.
"Lo tenang,ada gue jangan takut."
Sheyra menggeleng,gadis itu memejamkan matanya lalu membukanya kembali.
"Gue aja Val yang bawa," Alka berjalan ke arahnya lalu membopong tubuh Sheyra yang sudah lemas.
"Sttt, jangan takut Ara." Alka mengecup kening Sheyra,dia benar-benar ingin sekali membunuh Riska jika terjadi sesuatu pada Sheyra.
"Val tolong beliin seragam di koperasi,ambil uangnya di kantong saku gue." Novalia mengangguk,dia berjalan kearah koperasi untuk membelikan Sheyra seragam baru.
"Val gimana Sheyra?"
"Dia lemes banget Vin, gue beneran takut dia kenapa-napa. Gue mau beli seragam dulu buat dia." Orang itu Vina dia juga takut Sheyra kenapa-napa.
Setelah dari koperasi Novalia lari menuju UKS. Di sana sudah ada Rizky dan Alka yang menunggu Sheyra.
"Lama banget lo," Alka mendengus kesal. Novalia tak menjawab,gadis itu membantu Sheyra untuk mengganti bajunya namun sebelum itu tubuh Sheyra menggigil hebat. Disusul dengan keluarnya darah dari hidungnya.
"SHEYRA?!"
«««SHEYRA»»»
Huwaa akhirnya update. Gimana-gimana? Riska bikin kalian emosi belum? Sebentar lagi kayaknya dia bakal di DO deh wqq.
Sheyra yang sekarang lemah ya:( Sheyra sekarang kalo kecapekan bisa langsung pingsan. Kalian ada yang tau dia sakit apa? Coba komen dong😮💨
Jaga kesehatan kalian oke? See you next part♡
KAMU SEDANG MEMBACA
SHEYRA [END]
Fiksi Remaja𝐀𝐒#𝟏 ⚠️[BUDAYAKAN VOTE SETELAH BACA]⚠️ Ini tentang Sheyra, gadis pemilik darah blasteran Amerika-Jawa. Si gadis tomboy yang kehilangan ingatannya karena menolong seseorang tapi berakibat pada dirinya. Bertahun-tahun mencari informasi tentang kebe...